Sabtu, 21 Februari 2009

Depo Air Isi Ulang tak Berizin

Menjamurnya depo air minum isi ulang di seputaran Denpasar, dan Badung membuat Putu Armaya, Ketua Yayasan Perlindungan Konsumen gerah. Pasalnya, banyak dari depo air isi ulang ini tidak mempunyai izin usaha. Dari 500 responden yang diambil dengan random sampling, 80% konsumen mengatakan meminum air dalam kemasan, dan 30% konsumen mengonsumsi air isi ulang.

Dilihat dari dampak yang dirasakan 60% responden mengatakan air isi ulang kurang bagus terlihat adanya bintik-bintik, 30% responden mengatakan air berbau, dan 10% mengatakan air kurang bersih dan berwarna. Data ini sungguh mencengangkan karena depo air minum isi ulang begitu mudah didapatkan dengan biaya yang tidak terlalu mahal, yakni satu galon hanya Rp 3000.

"Depo air minum isi ulang ini semestinya diuji secara periodik agar hasil mutu air ini benar-benar memberi perlindungan pada konsumen dan tidak merugikan," ujarnya dalam Diskusi Terbatas Kerja Sama Koran Tokoh dengan Air Nonmin di Denpasar, pekan lalu.

Selama ini untuk menyelamatkan air bawah tanah Yayasan Perlindungan Konsumen telah melakukan kampanye lingkungan dengan nama “Gerakan Konsumen Hijau”. Aksi kampanye ini bukan menjadikan konsumen berbaju hijau, tapi lebih mengkampanyekan penyelamatan bumi.
30 November 2008 telah dilakukan penanaman pohon jati, dan majagau di Marga Tabanan. 30 Januari 2009 penanaman 1000 pohon cemara pandak di Danau Tamblingan.

Selain itu, ada juga gerakan pengurangan penggunaan kantong belanja plastik. Gerakan ini sudah dilakukan lelaki kelahiran Singaraja, 5 Oktober 1970 dimulai dari dirinya sendiri. Ia mengatakan orang mungkin aneh melihatnya berbelanja ke pasar swalayan membawa tempat sendiri, dan tidak menggunakan kantong plastik untuk tempat belanjaan.

Ia menyebutkan dulu di Tukad Badung ada atraksi kano untuk para wisatawan. Namun, atraksi ini sudah tidak ada lagi karena sungai sudah kotor dan banyak sampah yang mengganggu karena kiriman banjir. Tontonan ini tentu saja tidak menarik lagi dijual kepada wisatawan.

Yulius Sacramento Tarigan dari Balai BPOM Denpasar mengatakan semua masalah yang terjadi pada air minum terletak pada pemeliharaannya. Air mengalami suatu proses sebelum digunakan sebagai air minum. Masalah air minum di perkotaan muncul karena sistem pembuangan limbah yang belum maksimal, sehingga bisa saja walaupun proses pengolahan airnya sudah bersih mungkin saja dapat tercemar.

Menurutnya tidak mungkin menghimbau pengguna agar menjamin standar air karena ada kontribusi antara hilir dan hulu terutama bagi pengguna yang bersifat profit. “Sistem harmonisasi anatara hulu dan hilir yang harus diperhatikan dengan baik,” ujarnya.

Ia mengatakan registrasi bagi suatu produk prinsipnya adalah untuk evaluasi . Kenapa suatu produk dirilis dan diizinkan beredar ke masyarakat, tentunya sudah dievaluasi sebelumnya.
“Saat dievaluasi diminta sertifikat kemasan, sarana dan prasarananya diaudit, produksinya juga dievaluasi. Registrasi adalah suatu proses rangkaian evaluasi. Kalau sudah jadi dan siap dipasarkan ke masyarakat ada petunjuk penggunaan dan penyimpanan seperti disimpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari,” kata lelaki kelahiran 4 Agusts 1959 ini.

Lulusan Magister Apoteker ITB ini mengatakan air dalam kemasan yang disimpan lama dan sering terpapar sinar matahari akan tampak berwarna hijau atau ada lumut dalam kemasannya. Hal ini disebabkan karena proses fotosintesa sinar matahari yang mengakibatkan spora tumbuh subur di sana. Air dalam kondisi seperti ini tidak layak dikonsumsi dan tidak baik bagi kesehatan,” jelasnya.

Ia menilai mungkin saja dalam proses pengolahan air sudah terjamin, namun, bagaimana saat pendistribusiannya? Perubahan dapat terjadi karena proses pendistribusian dan penyimpanan. Pada produk yang langsung dibuat dan langsung diedarkan ke masyarakat kadang memang belum sempat dicek Balai BPOM.

Namun, ia mengatakan, Balai BPOM setiap menemukan kesalahan pasti ada tindakan pengamanan. Contoh perusahaan tahu yang menggunakan formalin. Produknya dieksekusi, dan dilakukan investigasi pada bahan. “Tidak semua dipublikasikan ke media karena akan berdampak negatif mereka menjadi takut mengonsumsi tahu,” jelasnya. Balai BPOM menjamin tidak ada satupun produk yang bermasalah yang tidak diambil tindakan.
Ia menyarankan perlu dilakukan analisis kebutuhan pelanggan dengan maraknya air dalam kemasan dengan harga yang bersaing. Ia menilai perbedaan harga ini justru menjadi peluang terjadinya penyimpangan.

Ia menegaskan satu kata kunci yang harus benar diperhatikan perusahaan penyedia air minum adalah saat air itu diminum. Artinya, ada pencantuman tanggal, bulan, dan tahunnya sampai kapan air itu layak dikonsumsi. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Minggu Edisi 528, 22 Pebruari 2009


9 komentar:

Anonim mengatakan...

Perlu kesadaran diri sendiri dari masyarakat ya broo,...

Anonim mengatakan...

eehh ko brooo,.. jadi salaah,...

beberapa waktu yang lalu saya denger di TV bahwa di jabotabek 75% air isi ulang mengandung kuman ecoli, !!!

Unknown mengatakan...

di semarang juga banyak.....pengawasan dinas kesehatan emang lemah kalau soal kepentingan khalayak mBak....

Anonim mengatakan...

@buat Brigadista:
emang benar tuh, mengandung bakteri Ecoli,

@buat Gus:
iyalah aparat yag terkait mestinya turun tangan tuh

Unknown mengatakan...

yang jelas masyarakat sudah paham betul kwalitas air isi ulang tersebut, nah sekarang tinggal kontrol dari pemerintah tentang perizinannya agar lebih ketat, sehingga masyarakat tdk lagi merasa terpaksa membeli yang buruk karena keterbatasan kemampuan utk dapat membeli air yang berkwalitas baik.

Anonim mengatakan...

Wah gak aman ya... memang saya dah lama juga kepikiran, air tsb layak diminum gak ya? Apakah ini termasuk tanggung jawab BPOM?

Anonim mengatakan...

@buat boykesn:
betul setju, Pemerintah mestinya lebih mempunyai kepedulian pada warga masyarakat dgn rajin melakukan sidak, ya kan? jgn hanya diam mulu di kantor thhhh

@buat erik:
minum air nonmin aja, hehehehheh

Anonim mengatakan...

berarti depot isi ulang illegal makin menjamur ya..?? dengar2 yang punya kode RO+ tuh mantap.. aku sih ng ngerti...

Anonim mengatakan...

wah... iya sekarang byk depot air minum yang asal2an... saya skrg gak pernah beli lagi dulu beli cuma buat masak aja...