Kamis, 20 September 2012

Dipresi Pembunuh Nomor Dua


Berdasarkan riset kesehatan dasar 2007, 11,6% dari populasi Indonesia usia di atas 15 tahun mengalami gangguan ringan cemas dan depresi.  Depresi yang  bersamaan dengan terjadinya penyakit fisik  justru lebih tinggi.  Demikian diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Tun Kurniasih Bastaman, MD, Psychiatrist, dalam Pra Kongres World Psyciatry Association (WPA), Rabu, (12/9) di FK Unud.

Ia mengatakan, dalam ilmu kesehatan jiwa depresi dibagi menjadi depresi murni dan depresi yang berhubungan penyakit lain, misalnya penderita kanker, kencing manis, atau jantung yang mengakibatkan depresi lebih besar. “Penyakit  fisik yang dialami seseorang biasanya disertai dengan depresi. Stroke bisa terjadi langsung karena pengaruh gangguan di otaknya.  Pasien menjadi cacat atau  lumpuh menimbulkan tekanan mental  yang menyebabkan depresi,” jelasnya.  Hubungannya karena faktor organik antara depresi dengan penyakit tersebut,  bisa juga berhubungan dengan kondisi  mental si pasien. Misalnya, penderita diabetes harus minum obat tiap hari, bisa juga menimbulkan stres  sehingga mengakibatkan depresi.

Menurutnya, saat ini kasus depresi bisa dikatakan meningkat, jika dihubungkan dengan kondisi kehidupan. Namun, tiap orang memunyai daya tahan mental masing-masing. “Bagi yang memiliki daya mental kuat dan tabah mungkin bisa menghadapi. Namun, bagi yang tidak, mengalami stres ringan saja, sudah down. Dengan pengaruh stres kehidupan gangguan ringan seperti cemas dan depresi makin meningkat,” jelasnya.
Menurutnya, tiap orang tidak bisa menghindari stres. Upaya untuk meminimalkan stres dengan  meningkatkan daya tahan mental, yakni melakukan aktivitas positif, berusaha berpikir positif, dan berlatih menghadapi masalah. “Jangan fokus pada masalah, tapi bagaimana  kita mencari solusi dari permasalahan tersebut. Jika sudah terbiasa memikirkan mencari jalan keluar suatu masalah, ketika masalah itu datang, kita akan terbiasa segera mencari solusinya,” sarannya.

Ia menganjurkan, sebaiknya masalah diselesaikan ketika masih ringan. Jangan menunda untuk menyelesaikannya. Apalagi sampai masalah itu menjadi besar. Menurut Ketua Panitia Pra Kongres dr. Luh Nyoman Alit Aryani, Sp.KJ., dengan meningkatnya globalisasi dan stres kehidupan yang makin meningkat, depresi akan menempati urutan kedua setelah penyakit jantung sebagai pembunuh manusia. Untuk itu, penanganan depresi harus lebih ditingkatkan.

Ia mengatakan, banyak pasien mengeluh sakit kepala dan merasakan nyeri, atau banyak penyakit fisik yang menyertai, sehingga depresi menjadi terselubung yang mengakibatkan penanganannya menjadi salah. “Orang yang mengalami stres, cenderung akan mengalami penurunan aktivitas, begitu juga aktivitas sosialnya menurun. Angka bunuh diri makin tinggi karena disebabkan depresi,” ujarnya.
Pra Kongres yang diikuti para dokter spesialis ahli jiwa, dokter umum, paramedis, dan psikolog ini menampilkan tiga pembicara dr Robert Reverger,Sp.KJ (K), Prof. Helen  Herrman, dan Prof. Lourdes L. Ignacio. –ast

8 komentar:

castor mengatakan...

artikel menarik depresi pembunuh nomor duah

rental mobil murah mengatakan...

memang depresi itu bisa tekanan jiwa.

iklan baris mengatakan...

thanks atas infonya yah gan..

grosir jilbab murah mengatakan...

depresi bisa bikin banyak penyakit jadi bermunculan

Pengobatan Darah Tinggi mengatakan...

Informasi yang sangat bermanfaat banget nih,,

DENNY BLOGSPOT mengatakan...

artikel disini sangat menarik dan bagus sekali, saa sangat suka,,,happy blogging ya kawan,,janganlupa visit balik....

Gambir Siam mengatakan...

Depresi... penyebabnya kurang iman, juga kurang pengetahuan tentang agama nya . . .

Terekam mengatakan...

Informasi yang menarik,depresi pembunuh nomor duah
Terimakasih.