Berdasarkan riset kesehatan
dasar 2007, 11,6% dari populasi Indonesia usia
di atas 15 tahun mengalami gangguan ringan cemas dan depresi. Depresi yang
bersamaan dengan terjadinya penyakit fisik justru lebih tinggi. Demikian diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Tun Kurniasih Bastaman, MD,
Psychiatrist, dalam Pra Kongres World Psyciatry Association (WPA), Rabu, (12/9)
di FK Unud.
Ia mengatakan, dalam ilmu
kesehatan jiwa depresi dibagi menjadi depresi murni dan depresi yang
berhubungan penyakit lain, misalnya penderita kanker, kencing manis, atau
jantung yang mengakibatkan depresi lebih besar. “Penyakit fisik yang dialami seseorang biasanya
disertai dengan depresi. Stroke bisa terjadi langsung karena pengaruh gangguan
di otaknya. Pasien menjadi cacat
atau lumpuh menimbulkan tekanan
mental yang menyebabkan depresi,”
jelasnya. Hubungannya karena faktor
organik antara depresi dengan penyakit tersebut, bisa juga berhubungan dengan kondisi mental si pasien. Misalnya, penderita diabetes
harus minum obat tiap hari, bisa juga menimbulkan stres sehingga mengakibatkan depresi.
Menurutnya, saat ini kasus
depresi bisa dikatakan meningkat, jika dihubungkan dengan kondisi kehidupan.
Namun, tiap orang memunyai daya tahan mental masing-masing. “Bagi yang memiliki
daya mental kuat dan tabah mungkin bisa menghadapi. Namun, bagi yang tidak,
mengalami stres ringan saja, sudah down. Dengan pengaruh stres kehidupan
gangguan ringan seperti cemas dan depresi makin meningkat,” jelasnya.
Menurutnya, tiap orang tidak
bisa menghindari stres. Upaya untuk meminimalkan stres dengan meningkatkan daya tahan mental, yakni
melakukan aktivitas positif, berusaha berpikir positif, dan berlatih menghadapi
masalah. “Jangan fokus pada masalah, tapi bagaimana kita mencari solusi dari permasalahan
tersebut. Jika sudah terbiasa memikirkan mencari jalan keluar suatu masalah,
ketika masalah itu datang, kita akan terbiasa segera mencari solusinya,”
sarannya.
Ia menganjurkan, sebaiknya
masalah diselesaikan ketika masih ringan. Jangan menunda untuk
menyelesaikannya. Apalagi sampai masalah itu menjadi besar. Menurut Ketua Panitia Pra
Kongres dr. Luh Nyoman Alit Aryani, Sp.KJ., dengan meningkatnya globalisasi dan
stres kehidupan yang makin meningkat, depresi akan menempati urutan kedua
setelah penyakit jantung sebagai pembunuh manusia. Untuk itu, penanganan
depresi harus lebih ditingkatkan.
Ia mengatakan, banyak pasien
mengeluh sakit kepala dan merasakan nyeri, atau banyak penyakit fisik yang
menyertai, sehingga depresi menjadi terselubung yang mengakibatkan
penanganannya menjadi salah. “Orang yang mengalami stres, cenderung akan
mengalami penurunan aktivitas, begitu juga aktivitas sosialnya menurun. Angka
bunuh diri makin tinggi karena disebabkan depresi,” ujarnya.
Pra Kongres yang diikuti para
dokter spesialis ahli jiwa, dokter umum, paramedis, dan psikolog ini menampilkan
tiga pembicara dr Robert Reverger,Sp.KJ (K), Prof. Helen Herrman, dan Prof. Lourdes L. Ignacio. –ast
8 komentar:
artikel menarik depresi pembunuh nomor duah
memang depresi itu bisa tekanan jiwa.
thanks atas infonya yah gan..
depresi bisa bikin banyak penyakit jadi bermunculan
Informasi yang sangat bermanfaat banget nih,,
artikel disini sangat menarik dan bagus sekali, saa sangat suka,,,happy blogging ya kawan,,janganlupa visit balik....
Depresi... penyebabnya kurang iman, juga kurang pengetahuan tentang agama nya . . .
Informasi yang menarik,depresi pembunuh nomor duah
Terimakasih.
Posting Komentar