Kamis, 06 Maret 2008

Mengolah Coklat Perhatikan Mood


MENGHIAS kue dengan coklat memiliki teknik kesulitan yang tinggi. Apalagi dilakukan di ruangan terbuka. Tiap peserta dituntut memiliki keahlian dalam menggunakan coklat dalam dekorasi kuenya. Demikian pemandangan yang terlihat dalam salon kuliner FHT (Food, Hotel dan Tourism) Bali 2008, (28-1/3) di Bali International Convention Centre, Nusa Dua Bali.

Salah satu peserta dekorasi cake, Erna, mengatakan ia sengaja menggunakan coklat asli, karena rasanya lebih lezat dan gurih dibanding coklat masak lainnya.
Dengan tema “Coklat Dream”, wakil Bulgary hotel Pecatu Jimbaran ini menggunakan coklat asli pada semua dekorasinya, mulai dari dasar berwarna coklat hingga hiasan atasnya berupa kipas berwarna putih.

Ia ingin menciptakan karya cake dengan rasa yang beda. Banyak coklat cake, kata Erna, namun ia mengaku hasil karyanya sangat berbeda dengan coklat cake yang lainnya.
“Dasarnya saya buat krispy, di tengahnya ada rasberry jelly sehingga rasanya ada asamnya sedikit. Bagian luar cake di balur coklat asli. Menggunakan coklat compon (campuran) memang lebih mudah ditangani, namun rasanya tidak segurih coklat asli,” katanya.

Perempuan usia 39 tahun ini tampak menjadi peserta favorit bagi penonton, lantaran suara mesin temper yang dipakai mengejutkan penonton. Menurutnya mesin temper itu berfungsi untuk membuat coklat menjadi tidak beku, licin tapi lembut.
Ia mengaku itu tingkat kesulitan yang paling tinggi. Jika ruangan terlalu panas, coklat akan meleleh. Di luar dugaan, mesin yang digunakan macet, ia sempat degdegan hiasan coklat putihnya akan meleleh.
“Hiasan berbentuk kipas dari coklat putih itu menempel pada dasarnya. Jika suasana panas, coklat meleleh, dan hiasan akan cepat luntur,” ujar perempuan yang sudah berkarier 15 tahun di hotel ini.

Walaupun tingkat kesulitannya lebih tinggi daripada menggunakan coklat masak biasa, ia tetap memilih menggunakan coklat asli.
Wajar saja, karyanya diserbu pengunjung.
Untuk mengolah coklat putih kata dia, diperlukan suhu 29-30 derajat celcius. Dengan bantuan mesin temper, dekorasi coklat dibuat tetap pada kondisi yang diinginkan, licin tapi lembut dan tidak meleleh.

Ada satu tips yang dianjurkan Erna jika ingin mengolah coklat yakni mood harus dalam keadaan bagus dan baik. “Mengolah coklat membutuhkan ketenangan dan suhu ruangan yang sejuk. Jika perasaan kacau, otomatis coklat tidak bisa diajak berteman,” tuturnya dengan mimik serius.

Selain Erna, ada lagi A.A. Ngr Gd Purbawa, wakil Ayodya Resort Nusa Dua yang mengambil tema dekorasi cake dengan arak dan brem Bali.
Biasanya arak dan brem Bali dikenal sebagai minuman, dan baunya sangat menyengat. Namun, lelaki yang sudah 15 tahun berkarier di hotel ini malah memanfaatkan baunya yang menyengat itu untuk rasa dan hiasan kuenya.

Cake bagian bawah ia buat dengan rasa arak dan dekorasinya ia gunakan brem Bali, ditambah hiasan apel, strawberry, dan cerry.
Untuk pinggiran cake ia menggunakan coklat masak biasa karena lebih mudah mengolahnya.
Untuk membuat hiasan kering dari coklat, ia memberikan tipsnya yakni coklat dilelehkan kemudian dicetak pada kertas sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Biarkan sejenak, coklat akan mengeras. Hiasan siap digunakan.
Purbawa punya kiat khusus agar hiasan bagian atas kue keliatan seperti kaca dan mengkilap. “Gunakan gelatine atau agar-agar tanpa warna,” sarannya.

Mengukir Es di Terik Matahari

Selain dekorasi cake, salon kuliner juga menampilkan ice carving yakni teknik mengukir es balok. Uniknya acara ini dilakukan di halaman BICC pukul 12 siang. Dengan suhu udara yang panas peserta diharuskan segera menyelesaikan karyanya jika tidak ingin es cepat meleleh.

Salah satu peserta Wayan Periksa wakil Hotel Aston Denpasar mengambil tema burung elang.
Ia mengaku bakat mengukirnya turun temurun diwariskan orangtuanya. Lelaki kelahiran Gianyar ini, sejak kecil sudah bergelut dengan dunia pahat memahat.
Namun, memahat es dibandingkan dengan kayu sangat berbeda. Ice carving tingkat kesulitannya lebih tinggi. “Dibutuhkan kecepatan dan ketelitian yang tinggi. Teknik ice carving adalah sekali buat, tidak bisa diulang lagi. Karena jika diperbaiki hasil pahatan yang salah, es akan hancur atau patah,” tutur lelaki usia 40 tahun ini.

Alat yang paling banyak digunakan ice carving kata dia, yakni gergaji, tang, pahat dan alat kecil membuat pinggiran. Penguasaan alat ukir kata dia, juga sangat penting bagi pemahat es. Salah pengunaan alat dapat mengakibatkan es patah.
Lelaki yang pernah berkarier di kapal pesiar ini selain mahir mengukir es balok, juga biasa mengukir buah dan sayur.

Lain lagi penuturan I Ketut Suaryana wakil Hotel Nusa Dua Beach ini. Tema Kodok dipilihnya lantaran tiap malam, dibalik lokernya ia selalu mendengar suara kodok.
Ia pun mencoba mengapresiasikan binatang melata itu dalam karyanya. Namun ia mengaku kesulitan membuat jari-jari kodok yang kecil. Dengan suhu udara yang panas mengharuskannya segera menuntaskan tiap jari-jari yang dibuat. “Jika waktu penyelesaiannya berbeda, otomatis jari kodoknya mencair. Tentu bentuknya menjadi tidak seimbang, ada yang kecil dan agak besar,” ujar lelaki yang sehari-hari berprofesi sebagai decorator di hotel ini.

Menurutnya teknik keberhasilan ice carving adalah ketelitian, keterampilan dan kecepatan waktu. “Kita berburu dengan waktu, semakin dipahat, es akan cepat mencair. Sekali buat harus jadi, tidak bisa diulang lagi,” tuturnya sambil mengelap keringatnya yang bercucuran. Selain berlomba dengan waktu karena takur es mencair, peserta juga tampak kelelahan di udara yang panas.
Aksi ice carving ini banyak menyita perhatian penonton termasuk wisatawan asing yang berkunjung, lantaran tempatnya di luar ruangan dengan panas yang menyengat. -ast

Dimuat di Koran Tokoh, Edisi 479, 9-15 Maret 2008

Tidak ada komentar: