Jumat, 05 Februari 2010

Ungkap Peristiwa lewat Foto

Saat ini, seni fotografi sudah menjadi tren di masyarakat. Teknik fotografi berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi digital. Kamera digital sudah dilengkapi berbagai fitur yang dapat memberikan hasil maksimal. Masyarakat mulai mencatat keseharian mereka lewat foto. Fotografi bukan lagi sekadar hobi, namun merupakan lahan pekerjaan yang menggiurkan. Foto prawedding kini sangat diminati.

Pengamat Fotografi Widnyana Sudibia mengatakan, perkembangan teknologi fotografi dimulai dari plat sampai ke digital. “Prinsipnya sama yakni menangkap sinar menjadi gambar. Hanya medianya yang berbeda. Film untuk analog, dan digital file dalam bentuk pixel. Zaman analog, medianya seluloid film dalam dua format yakni positif (slide) dan negatif (klise) yang dapat dicetak. Memang lebih mudah sekarang, dengan teknologi digital. Semua serba instan,” ujar Dosen Fotografi Arsitektur Fakultas Teknik Unud ini.

Ia mengungkapkan, ketika menggunakan kamera analog, setelah selesai memotret, kita tidak mengetahui hasilnya. Kita harus menunggu hasil cetakan dan faktor kegagalan lebih tinggi. Sedangkan dengan kamera digital, hasil langsung dapat dilihat. Kita dapat melakukan koreksi dan faktor kegagalan jarang terjadi.
Fotografer yang mengalami dua terminologi ini mengatakan, kamera digital mulai populer tahun 2000an. Sebelumnya memang sudah ada, tapi resolusinya rendah masih di bawah 1 MP (megapixel) yang disebut VGA (640 x 480 pixel). “Hasilnya tidak bagus dibandingkan hasil film yang memiliki 6 MP dengan kehalusan tinggi dalam kamera analog. Tahun 2000 mulai beredar kamera dengan resolusi 1,2 MP, 2,8 MP, 3,2 MP. Teknologi fotografi digital berkembang cukup cepat. Dalam rentang waktu 8 tahun sudah ada kamera digital dengan resolusi mencapai 20 MP,” paparnya.

Ia menyebutkan berbagai jenis kamera digital beredar di pasaran. Point and shoot (pocket/saku) sangat familiar di masyarakat. Tidak perlu fokus, tidak mengatur apapun, asal ditekan langsung jadi. Jenis yang lain, ada yang disebut kamera profesional. Diantara dua ini, ada kamera digital ringkas (prosumer) atau semi profesional. Kemampuannya sedang sampai kualitas tinggi. “Masing-masing memunyai kelas, ini hanya bahasa pasar,” kata Widnyana.
Point and shoot ada juga yang resolusinya sampai 12 MP. Prosumer dan point and shoot dapat ditambahkan bermacam-macam fitur seperti kamera profesional. Namun, lensanya tidak dapat diganti-ganti. Rentang harga tergantung dari teknologi MP dan fitur yang tersedia. Ada yang tahan cuaca, tahan air, bisa rekam video.

Kamera profesional atau dikenal dengan digital single lens reflex (DSLR) memiliki kontruksi badan yang kuat dan tahan cipratan air, karena kamera akan menghadapi berbagai medan kerja termasuk kondisi cuaca buruk. Biasanya dilengkapi dengan sederatan lensa yang dapat ditukar sesuai keperluan seperti pembidikan dekat atau menjangkau obyek jauh. Sangat berbeda dengan point in shoot atau prosumer. Point and shoot lebih simpel. Bagi pemula, dapat memilih kamera prosumer dengan harga DSLR standar, tergantung apa tujuannya. Ia menilai, kelemahan kamera point and shoot dan prosumer adalah setelah menjepret, kamera memerlukan waktu menyimpan data. “Kita tidak dapat menjepret lagi. Harus menunggu. Sedangkan DSLR mampu melakukannya dengan cepat,” jelasnya. Ia menyarankan, sebelum memotret kita harus mengetahui apa tujuan kita. Apakah untuk jurnalistik, hobi, atau profesional untuk pekerjaan. Sehingga dapat dipilih kamera yang sesuai dengan fungsinya.

Pengarsipan dengan Foto
Sebelum ada sistem windows, olah foto dilakukan di studio foto. Ada yang namanya kamar gelap. “Kalau sekarang diolah di komputer. Semua dapat melakukannya. Mau dihitamputihkan, sephia, atau lebih kontras, semua proses dapat dilakukan di komputer,” jelasnya. Dalam kamera digital profesional DSLR, sudah dilengkapi dengan prosesor yang mampu mengolah gambar lebih tajam, teliti, dan lebih detail. Jadi wajar harganya lebih tinggi.
Dengan kamera digital, seni fotografi menjadi lebih mudah. Kamera digital sudah ditambahkan fitur pencatatan. Jadi sudah ada kode di kamera kapan foto itu dibuat. Ada juga kata kunci sehingga memudahkan pengarsipan. Dengan teknologi digital, kata Wiadnyana, semua sangat membantu, termasuk pengarsipan.
Ia menyarankan, sebaiknya semua data hasil kamera analog digitalkan. “Film analog terkena jamur warnanya akan berubah menjadi kuning dan rusak. Hasil cetakan (slide foto) yang disimpan lama jika lembab juga bisa rusak. Jadi sebaiknya, foto discan dan disimpan di komputer diberi kode agar dokumentasi tertata rapi,” saran Wiadnyana.
Ia menilai, ke depan, fotografi akan terus berkembang. Dari segi teknologi komunikasi akan ada penambahan berbagai varian dalam kamera digital. “Olahan gambar tidak berbeda jauh. Sudah maksimal tapi akan ada varian baru. Digital kamera diserta video. Videonya sudah ke tingkat lebih tinggi. Tidak lagi format normal tapi high definition. Pengembangan camcoder (camera recorder) yang dibenamkan style teknologi fotografi seperti bagaimana kecepatan kameranya, kemampuan kamera menangkap gambar dan kualitas gambar. Kalau dulu hanya permainan picture untuk mengangkat harga,” ujarnya.

Tren ini sudah dilirik perusahaan kamera. Apalagi sekarang ini sudah ada telepon genggam yang dilengkapi dengan kamera 5 MP dengan flash dan zoom yang tinggi. Kamera digital pasti akan menawarkan varian lain dengan harga menarik. Harapannya, kata Wiadnyana, tren ini dapat diserap masyarakat dengan harga yang terjangkau. Tujuan akhirnya, karena sebagian besar masyarakat sudah mengabadikan kesehariannya, diharapkan budaya akan terdokumentasi dengan baik. “Sekarang ini sulit mencari dokumentasi upacara-upacara adat di Bali zaman dulu,” ujarnya. Jika kita bandingkan cara orang zaman dulu mencatat peristiwa dengan lirik lagu atau sastra. Sekarang ini foto dapat bercerita banyak, tidak sekadar tulisan saja. Foto mampu mengungkapkan berbagai peristiwa manusia.

Untuk saat ini, ia menilai, kecenderungan masyarakat menyukai dokumentasi pribadi. Kamera yang diminati point in shoot. Profesional dokumenter, hobi, atau pekerjaan/mata pencaharian memilih kamera DSLR. Ia menilai, profesi fotografer cukup menjanjikan sekarang. Ditambah lagi, banyak masyarakat yang belum mampu mengambil kamera dalam keseharian mereka. Ini membutuhkan keahlian sehingga terjadi transaksi. Foto praweedding mulai laku keras. Ini membuka lapangan kerja. Satu sisi masyarakat memcatat keseharian mereka lebih akurat dan dokumenter terorganisir dengan baik.

Hal senada diungkapkan Pemilik Sinar Foto Mulyadi. Ia mengatakan, tiga tahun terakhir ini terjadi peningkatan penjualan kamera digital. Masyarakat mulai melirik kamera profesional DSLR. “Sekarang ini tua muda, laki-laki atau perempuan, anak-anak dan orang dewasa mulai menyukai fotografi,” ujarnya. Dengan harga miring berkisar Rp 5 juta, pencinta fotografi sudah dapat memiliki DSLR. Jika ingin menambah lensa, kita mesti merogok kocek lagi Rp 2 juta. Namun, bagi yang berkantung tipis, kamera pocket berkisar 1-2 jutaan dapat menjadi pilihan. Wiadnyana mengatakan dengan Rp 5 juta, kalau kita membeli kamera prosumer sudah mendapatkan kamera yang lengkap dan baik. Sudah ada video, resolusinya sampai 12 MP, (20 x optical zoom), dan LCD sudah bagus.

Tren Prawedding
Peluang usaha tren foto prawedding dimanfaatkan dengan baik oleh Benny Aditama. Suami Sagung Mas Yulia Kartika ini, memulai usahanya ketika melihat banyak permintaan rias pengantin Bali ke salon istrinya. Dari mulut ke mulut akhirnya, pemilik Natural Klasik Photo & Video ini mulai dikenal. Berbagai kalangan telah memafaatkan jasanya. Dengan konsep one stop wedding service, Benny dan istrinya melayani mulai dari rias pengantin, foto, video, kartu undangan dan sovernir. Ia menjual harga paket prawedding. Namun, ia tidak menampik jika konsumen hanya ingin difoto. Saat ini, konsumennya lebih banyak meminta difoto dengan payas Bali. Dengan dandanan itu, ia biasanya memilih lokasi out door di Art Centre, Taman Ujung Karangasem, Museum Bali atau Bajra Sandi Renon.

Pakaian kasual ia memilih lokasi di Mangrove, Central Parkir Kuta, atau pantai Tegal Wangi Nusa Dua, Kebun Raya Bedugul, atau Kintamani. “Tergantung permintaan konsumen,” ujarnya.
Ia mengatakan, beberapa tempat mengenakan tarif untuk pemotretan prawedding. Tarif di Art Centre Rp 150.000, Manggrove Rp 50.000, Kebun Raya Bedugul Rp 500.000, dan Taman Ujung Rp 300.000. Selain calon pengantin, Benny mengajak fotografer, lighting, dan penata rias. Satu kelebihan yang ditawarkan Benny adalah ia menyediakan wedding book khusus didesain sendiri. Ia juga menyediakan bingkat foto dari kayu yang eksklusif yakni spesial frame jati natural bermotif. –ast

Eidi 577, 31 Januari ad. 6 Februari 2010

Tidak ada komentar: