Selasa, 02 Maret 2010

Jangan Letakkan Komputer di Kamar Anak (Bagian 4)

PESATNYA perkembangan teknologi informasi memberikan imbas kepada kehidupan sosial masyarakat. Internet merupakan dunia maya ibarat pisau bermata dua. “Jika dimanfaatkan dengan benar, kita dapat mendapatkan manfaat positif. Jika salah dalam pemanfaatannya, bisa menjadikan anak-anak kecanduan bahkan berperilaku kriminal.,” papar Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Bali dr. Sri Wahyuni, Sp.KJ.

Dokter spesialis kejiwaan RS Sanglah ini mengatakan, seseorang dikatakan kecanduan, apabila dia sudah melupakan tugas utamanya dan fungsi sosialnya. Pelajar atau mahasiwa lupa belajar, karyawan lupa bekerja, suami/istri melupakan pasangannya. Internet menyajikan sesuatu yang tidak memerlukan tindakan fisik, sangat menyenangkan tanpa melelahkan. Anak-anak, khayalannya makin melambung.
Untuk meminimalkan efek negatif internet, ia menyarankan, orangtua meningkatkan aktivitas anak-anak di dalam dan lingkungan rumah. “Ajak anak-anak belajar berkebun, berolahraga atau bermain, yang mengajarkan anak-anak keterampilan, ketangkasan, keberanian, dan keperkasaan,” sarannya.

Ia mengatakan, jika ada fasilitas intenet di rumah, jangan meletakkan komputer di kamar anak, agar orangtua dapat mengawasi saat anak browsing di internet. “Kalau mereka ke warnet beri anak uang saku secukupnya. Jangan sampai pulang melewati pukul 21.00,” tambahnya. Sudah banyak warga masyarakat yang telah menjalankan apa yang disarankan Dokter Sri Wahyuni itu. Misalnya Suartini. Ibu tiga anak ini menuturkan, untuk mengawasi dua anaknya yang sudah kuliah, ia hanya membolehkan mereka ke warnet sampai pukul 21.00. “Kebetulan warnet ada di depan rumah saya. Jadi mudah diawasi,” katanya.

Leni, mahasiswi FE Unud, menuturkan walaupun berlangganan internet, ia jarang membuka facebook. “Paling seminggu sekali, itu pun hanya ½ jam,” ujar perempuan usia 24 tahun yang kuliah sambil bekerja ini. Ia mengaku, tidak pernah tertarik berselancar mencari pacar di dunia maya. “Lebih baik cari pacar di dunia nyata. Kita bisa tahu kepribadiannya. Kalau di dunia maya bisa saja dia bohong,” kata Leni. –ast

Koran Tokoh, Edisi 582, 28 Februari s.d 7 Maret 2010

Tidak ada komentar: