Selasa, 01 Juni 2010

Sensus Penduduk

BADAN Pusat Statistik (BPS) kembali melakukan sensus penduduk 1-31 Mei 2010. Agenda tiap 10 tahun ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk yang akan dibacakan presiden dalam rangkaian peringatan Hari Proklamasi 2010. Pencatatan sensus penduduk menggunakan dokumen C1. Pengisian blangko dengan pensil 2 B dilakukan petugas sensus. Masyarakat hanya menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan petugas sensus.

Pertanyaan Bab I pengenalan tempat, termasuk di dalamnya susunan anggota rumah tangga. Bab II Keterangan Anggota Rumah Tangga. Pertanyaan yang terkait, jenis kelamin, usia, alamat, kewarganegaraan, kesulitan atau kekurangan fisik atau mental, penggunaaan bahasa, pendidikan, ijazah, mampu baca tulis, status perkawinan, kegiatan (pekerjaan) seminggu lalu, dan fertilitas. Bab III Kematian. Pertanyaan yang terkait, kematian di rumah tangga tersebut sejak 1 Januari 2009, siapa yang meninggal, jenis kelamin, dan usia. Bab IV Keterangan Perumahan. Pertanyaan yang terkait, luas rumah, jenis lantai, sumber penerangan. bahan bakar, sumber utama air minum, fasilitas MCK, alat komunikasi, status kepemilikan rumah dan tanah.

Khusus di kabupaten Badung, sensus sudah dilakukan sejak 15 April. “Kami lebih awal melakukan sensus karena ada pilkada dan banyak hari libur,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung Ir. Gde Suarsa, M.Si. Kabupaten Badung terdiri atas 62 desa dan kelurahan. Ada 6 wilayah kecamatan di Badung yakni Petang, Abiansemal, Mengwi Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan.
Ia menilai, wilayah Kuta Selatan paling heterogen. “Banyak kegiatan ekonomi dan pendatang. Banyak permukiman baru teramsuk rumah kos. Antartetangga tidak selalu saling kenal. Banyak aktivitas mereka siang sampai malam sehingga bisa menyulitkan petugas sensus,” kata Suarsa.
Untuk wilayah Petang, Abiansemal dan Mengwi, kata Suarsa, karena masih bersifat agraris, semua orang masih stabil di satu desa, dan desa pakraman masih utuh sehingga tidak terlalu banyak hambatan. Walaupun ada permukiman rumah baru penghuninya sudah pasti. “Hanya kesulitannya di lapangan waktu wawancara. Ada orang tua tidak tahu umurnya. Kami gunakan pedoman sejarah seperti gempa Seririt, Gunung Agung meletus, peristiwa G 30 S/PKI,” katanya. Untuk itu, petugas sensus sudah dibekali panduan sejarah sehingga mereka tidak kesulitan di lapangan.

Ia menegaskan, petugas sensus harus langsung bertatap muka dengan responden. Petugas tidak bisa bertanya ke tetangganya untuk pengisian blangko. “Kalau sekadar mencari informasi mungkin bisa. Tetapi, saat wawancara atau menjawab pertanyaan tidak bisa diwakilkan. Petugas biasanya datang bertiga untuk mengantipasi data dimanipulasi,” kata Suarsa. Petugas sensus di Badung direkrut dari staf desa, karang taruna dan mahasiswa. Khusus untuk wilayah Benoa dan Jimbaran banyak direkrut mahasiswa atas persetujuan lurah setempat. Jumlah keseluruhan petugas sensus di Badung 1.100 orang. Mereka digaji Rp 2.500.000 sampai pekerjaan mereka tuntas. –ast

Petugas Sensus Denpasar 80% Perempuan
UNTUK dapat berkomunikasi yang baik dengan warga dan melakukan wawancara yang benar, petugas sensus mendapatkan pelatihan. “Proses penjaringan melalui petugas di kelurahan. Dengan beberapa pertimbangan, mereka akhirnya dapat diterima sebagai petugas sensus. Setelah itu mereka mendapatkan pelatihan tiga hari,” papar Kepala Badan Statistik Kota Denpasar Drs. I Wayan Suta, S.E., M.Si. Ia mengungkapkan, sebagian besar petugas direkrut dari wilayah setempat untuk memudahkan berkomunikasi dengan warga. Syaratnya, pendidikan minimal SLTA, memiliki tulisan yang bagus dan mudah dibaca. “Petugas mengisi dokumen C1 dengan pensil 2 B. Dokumen tersebut nanti akan di-scan. Kalau tulisannya tidak bagus dan tidak jelas, tentu tidak terbaca,” jelasnya.

Ia mengatakan, petugas sensus di Kota Denpasar lebih banyak menggunakan tenaga muda dan 80% perempuan. Ia menilai, perempuan lebih mudah menjalin komunikasi dengan penduduk sehingga memudahkan pekerjaan petugas sensus. Lelaki yang berkarier di bidang perstatistikan sejak tahun 1976 ini berpandangan, komunikasi yang baik menjadi sangat penting dikuasai petugas sensus. “Bagaimana memulai pembicaraan sehingga masyarakat mau terbuka dan menjawab dengan benar,” kata Suta.
Pembekalan petugas sensus di Kota Denpasar dilakukan 23 Maret s.d. 4 April 2010. Materi yang diberikan pengisian data, teknik wawancara termasuk di dalamnya bagaimana mewawancarai orang cacat. Setelah pembekalan, petugas melakukan uji coba di rumah warga di sekitar tempat pelatihan. Setelah dianggap mampu, mereka dapat diterjunkan ke lapangan. Satu orang mendapat dua blok. Satu blok terdiri atas 75-150 rumahtangga.

Jumlah petugas sensus di Kota Denpasar 1780 orang. Mereka mengenakan pakaian dengan atribut khusus yang mencolok. “Mereka mengenakan rompi biru, bertopi, dan membawa tas berlogo sensus penduduk. Mereka juga menggunakan kartu identitas dan membawa surat tugas dari BPS yang sudah dilegalisasikan camat setempat,” tambah Suta. Selain digaji Rp 2.500.000. petugas sensus diasuransikan. Ia mengatakan, selama bertugas, ada dua petugas sensus Kota Denpasar yang digigit anjing. Mereka ditanggung pengobatan. Sementara ada seorang petugas yang mengalami kecelakaan di Tabanan. “Karena saat itu tidak sedang bertugas, dan tidak termasuk wilayah Denpasar, ia tidak mendapat tanggungan,” paparnya. Wayan Suta mengungkapkan adanya kesulitan yang dialami petugas di Kota Denpasar saat mendata warga di perumahan elite, misalnya di kawasan Renon dan Teras Ayung Gatot Subroto Timur. “Pintu sering digembok, dan yang keluar hanya pembantu. Susah bertemu pemilik rumah,” kata Suta. Untuk menyiasatinya, BPS Kota Denpasar berkoordinasi dengan aparat desa setempat.

Ia menilai, masih minimnya informasi masyarakat tentang pentingnya sensus penduduk. “Ada yang menganggap sensus penduduk berhubungan dengan pajak. Padahal tidak ada hubungannya samasekali. Sensus penduduk bertujuan mencatat jumlah penduduk Indonesia,” tegasnya. Ia mengatakan, setelah petugas pencacah lapangan menyetor data, kembali dilakukan penyisiran untuk memastikan kemungkinan penduduk yang terlewati. –ast

Dikira Sales, Bertemu Penduduk Usia 102 Tahun
MURAH senyum dan sabar dalam bertugas di lapangan menjadi kewajiban petugas sensus penduduk. Berbagai hal menarik dan kurang menyenangkan ditemui petugas saat melakukan pencacahan. “Saya malah dikira sales,” ujar Yuli, pencacah lapangan (Pcl) yang bertugas di Banjar Busung Yeh Kauh, Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat. Tamatan Fakultas Hukum Universitas Warwadewa ini menuturkan, walaupun ia sudah sangat sopan saat datang ke rumah warga, tetap saja ada yang menganggap kedatangannya bermaksud menawarkan suatu produk. Bahkan, kata Yuli, ia juga disangka warga akan menarik sumbangan. Yuli pun sempat disangka anggota tim sukses salah satu kandidat pilkada di Kota Denpasar. “Memang diperlukan kesabaran dan pendekatan secara kekeluargaan untuk dapat mengajak warga mengobrol dan menjawab beberapa pertanyaan yang kami ajukan,” kata perempuan usia 22 tahun ini.

Karyawati perusahaan swasta ini menuturkan pengalamannya yang menuntutnya lebih sabar. “Waktu listing pertama, saya sudah bertemu warga. Saya janji besoknya mau datang lagi. Ketemu pagi, disuruh datang siang. Dicari siang katanya masih istirahat. Besoknya datang lagi, belum juga bertemu. Bahkan ada yang sampai 4-5 hari dicari bolak-balik,” ujarnya. Ia mengatakan, di samping mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan, sebagian warga yang sudah mengerti tujuan sensus penduduk, menerima Yuli dengan sangat baik. Bahkan, ada yang menyuguhi minuman. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara sekitar ½ jam. Setelah itu, ia juga mengamati keadaan sekeliling rumah warga.

Tirtaningsih, Koordinator anggota Tim Denpasar Selatan yang bertugas di Banjar Kajeng dan Banjar Rangkan Sari Pemogan mengatakan, adanya kesulitan melakukan sensus pada warga yang bertempat tinggal di rumah kos. “Biasanya mereka pulang kampung menjelang atau sesudah hari raya sehingga membuat kami kesulitan,” kata perempuan yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini. Ia pernah mengalami kisah yang dilukiskan sebagai kurang mengenakkan. “Waktu listing pertama, saya membuat janji bertemu. Besoknya semua keluarganya pulang kampung ke Karangasem karena salah seorang anggota keluarganya ada yang melahirkan. Saya mencarinya sampai 10 kali. Saya ke sana pagi hari tidak ada. Siang juga tidak ada. Sore juga tidak ada. Besoknya ke sana lagi belum juga ada. Dari informasi tetangganya, dia pulang kampung. Untung saja akhirnya bisa bertemu,” kata Tirtaningsih sembari tertawa.

Pengalaman berkesan bagi Tirtaningsih, ketika ia pernah dipelototi sampai 15 menit dan dikatakan menganggu orang yang sedang tidur. Waktu itu, ia datang sekitar pukul 09.00. Namun, wargaq tersebut menganggap kedatangannya hanya mengganggu istirahatnya. Setelah menatap Tirtaningsih dengan tatapan tak bersahabat, lelaki itu akhirnya memberikan kesempatan padanya untuk masuk. “Orang tersebut mau menjawab pertanyaan, saya sudah senang. Walaupun dengan cuek dan muka tak bersahabat,” ujarnya.
Biasanya, saat listing pertama, ia melakukan kesepakatan untuk bertemu lagi. Bahkan, untuk PNS, Tirtaningsih harus datang pukul 06.00.

Genjor Usia 102 Tahun
Saat melakukan sensus di Banjar Rangkat Sari, ia menemukan seorang penduduk tua. Namanya I Wayan Genjor. Lelaki ini tercatat di KTP kelahiran 15 Juni 1908. Ia genap berusia 102 tahun Juni 2010. Tirtaningsih mengatakan, Genjor masih tampak sehat. Ia suka bergurau bahkan sangat bangga menceritakan keadaan zaman dulu antara lain kesukaannya menonton sepak bola. Kini penglihatan Genjor sudah kabur sehingga tidak bisa lagi menikmati hobinya menonton sepak bola. Namun, Genjor sering bertanya pada anaknya tentang perkembangan sepak bola di Tanah Air. -ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 30 Mei s.d. 5 Juni 2010

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Salam kenal, maaf mengganggu sebentar. Saya tawarkan sebuah bisnis. Dimana100% Semua investor di
bayar tanpa harus cari downline. Ini
adalah bisnìs jual beli mata uang asing/valas di
pasar internasional. Daftar klik DI SINI.
Kenapa saya pilih modal ekstra karena modalekstra dipercaya banyak masyarakat, lihatlah perkembangan membernya tiap harinya. Semakin banyak member yang ikut,berarti begitu besar kepercayaanny pada bisnis ini, ini bisa jadi acuan kenapa saya percaya pada modalekstra.
Segeralah bergabung, kenapa tida mencoba? Gabung di bawahku za. Ya itu sebagai jasa
pemberitahuan ini he...he...he...