Kamis, 01 Juli 2010

Resep Melahirkan Anak Suputra

Rencanakan Sejak di Ranjang. BANYAK ibu hamil asyik menonton sinteron televisi yang bertema kekerasan. Padahal, ada efek psikologisnya bagi janin dalam kandungan. “Anak yang lahir kelak bisa memiliki sifat dan perilaku yang tidak diinginkan,” jelas ahli agama Hindu Prof. I Made Titib, Ph.D.
Untuk mendapatkan anak suputra atau anak berbudi pekerti luhur ada resepnya dilihat dari kacamata ajaran Hindu. Resep ini harus diterapkan sejak suami dan istri sah berhubungan seks di ranjang cinta. “Ini penting direncanakan saat suami dan istri berhubungan badan,” jelasnya.
Dalam kitab Manavadharmasstra III.40,50 dikatakan, saat yang paling cocok melakukan hubungan suami istri untuk memperoleh anak yang baik, adalah 16 hari setelah mulainya mestruasi, empat hari setelah masa menstruasi atau setelah hari ke-5 sampai ke-12. Dalam Ayurweda dikatakan, jika suami istri melakukan hubungan badan di antara dua belas hari sejak selesai menstruasi, maka anak yang akan lahir sempurna, sehat serta bijaksana.

Dalam kitab Mahabarata disebutkan, Yudistira pernah diuji dengan sebuah pertanyaan yang berbunyi, orang yang bagaimana disebut bahagia? Yudistira menjawab, orang yang bisa memasak tiap hari, rukun dalam keluarga, dan tidak memiliki utang.
Lalu, apakah Pandawa itu keluarga sukinah? Dewi Kunti sayang kepada kelima anaknya meskipun dua anaknya Nakula dan Sahadewa anak tiri. Lima bersaudara ini sangat rukun, mereka memiliki rasa sayang yang tinggi. Mereka memiliki pengetahuan ajaran suci. Dewi Kunti dengan segala kekurangannya termasuk wanita ideal. Kasih sayangnya pada anak membuat semua putranya bersujud di kakinya. Yudistira memberikan teladan kepada adik-adiknya.

Jika seorang anak mendapat pendidikan budi pekerti baik dalam keluarga, mereka tidak kesulitan belajar maupun memperoleh pekerjaan. Ketika seorang anak mencapai tingkat kedewasaan dalam meniti karier semua rintangan dapat diatasi. “Kita dapat membandingkannya dengan mereka yang menjadi perampok, peminum alkohol, pecandu narkoba, terjerumus pelacuran. Akar pertama gagalnya ada pada penanaman pendidikan budi pekerti,” tandasnya.

Hal penting dalam proses pendidikan Hindu yakni upacara yadnya. Upacara ini berhubungan dengan sarira samskara atau manusa yadnya. Jika upacara ini dilaksanakan seseorang dalam tiap perubahan statusnya, maka upayanya tergolong kegiatan pendidikan. “Upacara itu sebenarnya mengandung unsur memengaruhi anak membentuk watak mereka dan bertujuan memberikan kebahagiaan lahir batin sesuai dengan tujuan agama Hindu. Upacara saat masih dalam kandungan ibunya dengan upacara magedong-magedongan, kemudian anak lahir berganti status menjadi anak, remaja, dan menginjak perkawinan, selalu disertai upacara yadnya,” jelasnya. —ast

Koran Tokoh, Edisi 598, 27 Juni s.d 3 Juli 2010

Tidak ada komentar: