Senin, 17 Oktober 2011

Bersepeda Kurangi Risiko Jantung Koroner

Bersepeda menjadi olahraga yang sedang tren akhir-akhir ini. Olahraga ini melibatkan berbagai usia dari berbagai kalangan masyarakat. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan kesadaran untuk menghabiskan waktu luang dengan berolahraga.
Menurut Dosen Fisiologi Olahraga FK Unud dr. I Putu Adiartha Griadhi, bersepeda memberikan banyak manfaat bagi tubuh, bila dilakukan dengan baik dan benar. “Kegiatan bersepeda termasuk ke dalam olahraga erobik, yang melibatkan otot, sistem jantung pembuluh darah dan metabolisme erobik. Gerakan mengayuh sepeda dengan beban tertentu akan melatih otot tungkai hingga otot bokong. Sehingga bila dilakukan dengan beban yang tepat, bersepeda dapat membentuk tungkai bawah dan bokong menjadi lebih atletis,” jelasnya.

Ia mengatakan, gerakan ritmik mengayuh sepeda akan melibatkan kelompok otot-otot besar tubuh. Sehingga, gerakan ini memberikan beban latihan kepada sistem jantung dan pembuluh darah. “Bersepeda akan melatih kemampuan jantung dan pembuluh darah mendistribusikan nutrisi ke setiap bagian tubuh, mengurangi penumpukan lemak dalam pembuluh darah, mengurangi risiko jantung koroner dan stroke,” ujarnya. Selain itu, kata dia, gerakan ritmik mengayuh sepeda juga akan memberikan efek pembakaran terhadap lemak tubuh, lemak digunakan sebagai sumber energi. Pembakaran lemak ini secara langsung memperbaiki komposisi tubuh, mengurangi kadar kolesterol jahat dan membantu menurunkan berat badan dengan pembakaran cadangan lemak.

Menurutnya, bersepeda dapat dianjurkan sebagai olahraga pilihan bagi mereka yang kelebihan berat badan karena termasuk olahraga yang tidak menunjang berat badan (non weight bearing) sehingga aman bagi sendi lutut mereka. “Manfaat bersepeda dapat dirasakan pada anak, dewasa dan usia lanjut. Pada anak dan usia lanjut manfaat utamanya adalah rekreasi. Karena pada anak olahraga terbaik adalah yang menunjang berat badan seperti lompat tali, loncat-loncat yang akan membantu pertumbuhan. Bersepeda pada usia lanjut dapat membantu sosialisasi kelompok yang memang diperlukan pada kelompok usia tersebut,” paparnya lebih jauh.
Ia menyarankan, bersepeda seperti sebaiknya dilakukan pagi hari. Alasan utamanya, keadaan dan kondisi udara yang masih bersih, belum terkontaminasi oleh polusi kendaraan bermotor. “Pada pagi hari, suhu lingkungan juga tidak terlalu tinggi. Hal ini dapat mencegah kelelahan akibat suhu lingkungan yang panas. Kegiatan bersepeda saat siang dan malam akan terbentur pada suhu lingkungan panas, mengakibatkan kelelahan dan adanya risiko keamanan saat bersepeda di malam hari,” ujar dokter Adiartha .

Ia menyarankan, persiapan yang perlu dilakukan sebelum bersepeda antara lain pemilihan sepeda, mengatur posisi mengayuh sepeda yang tepat, dan akhirnya menentukan takaran bersepeda yang sehat. “Ukuran sepeda hendaknya dipilih sesuai dengan kelompok usia.J angan sampai terjadi salah pilih yang berakibat pada cedera dan kecelakaan saat bersepeda. Pilihlah sepeda yang memiliki kelengkapan keamanan seperti penanda reflektif, lampu, bel yang baik. Persiapkan juga pakaian bersepeda yang baik, helm bersepeda. Hindari pakaian berumbai-rumbai. Jangan lupa membawa air minum,” ujarnya memberi saran.
Posisi mengayuh yang tepat perlu dipikirkan untuk menghindari cedera saat bersepeda. Pertama aturlah sadel sepeda sedemikian rupa sehingga saat pedal berada pada posisi terbawah tungkai kita hampir lurus dengan telapak sedikit menjinjit. Hal ini memberikan ruang gerak maksimal bagi tungkai kita. Kedua, aturlah tinggi setang sepeda pada posisi yang ergonomis kira-kira setinggi pusar.Setang sepeda juga harus berada pada jarak jangkauan kita, lengan ketika memegang setang hampir lurus. Posisi ini menghasilkan tubuh yang sedikit membungkuk ke depan yang dapat memberikan latihan tungkai lebih efektif.

Menurutnya, takaran bersepeda yang benar akan memberikan pencapaian manfaat yang maksimal. Lakukanlah gerakan bersepeda secara ritmis, kecepatan mengayuh diusahakan tetap stabil, sedemikian rupa sampai pada beban sedang stabil, sedemikian rupa sampai pada beban latihan sedang. “Kita dapat mengetahuinya dengan cara tes ucap satu bait lagu. Latihan sedang tercapai bila kita hanya mampu menyanyikan satu baris syair dalam satu bait dengan satu kali menarik nafas. Beban ini dianjurkan dapat dipertahankan selama 15 – 20 menit untuk memberikan efek pembakaran lemak tubuh,” jelas tamatan S2 Fisiologi Olahraga FK Unud ini .
Ia menambahkan, lemak tidak akan terbakar bila beban latihan lebih ringan ataupun durasinya lebih singkat. Latihan bersepeda dengan takaran tersebut dianjurkan dilakukan 3 – 4 kali seminggu . –ast

Koran Tokoh, Edisi 665