Sabtu, 23 Februari 2008
Doktor Perempuan Pertama di Unhi
MENGAJAR adalah sebuah seni. Bagi Dr. Ida Ayu Gde Yadnyawati, M.Pd., guru dituntut menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mampu memotivasi siswa. Guru hendaknya lebih banyak memberi ruang pada siswa untuk aktif dan kreatif. Hal ini ia bahas dalam disertasi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Doktor di Universitas Negeri Jakarta.
Dalam ujian sidang terbuka 13 Februari 2008 lalu, Yadnyawati cukup berbangga mengantongi nilai 3,8. Apa sebenarnya cita-cita Doktor perempuan pertama di Universitas Hindu Denpasar ini semasa remaja?
Terlahir sebagai anak kedua dari lima bersaudara, sejak kecil Yadnyawati sudah diarahkan kedua orangtuanya menjadi guru. Namun, ia mengaku lebih tertarik menjadi apoteker. ”Dalam pikiran saya, lebih mengasyikkan menjadi apoteker. Apalagi saya menyukai IPA,” tutur perempuan kelahiran Badung, 11 Februari 1960 ini.
Rasa sungkan dan segan pada orangtuanya membuat ia harus mematuhi saran orangtuanya itu. Setelah tamat SMP, dengan perasaan berat hati ia mendaftar di SPG (Sekolah Pendidikan Guru). ”Itu saya lakukan karena tidak ingin mengecewakan kedua orangtua saya,” kata putri pasangan Ida Bagus Ardana dengan Ida Ayu Gde Asmani ini.
Semester pertama, ia lewati dengan nilai pas-pasan. Namun, ia bersyukur kakaknya Ida Bagus Gde Yudana, selalu memberinya motivasi untuk maju.
Tamat SPG, ia diminta ayahnya ikut mendaftar pengangkatan guru SD.
Lagi-lagi, Yadnyawati berulah. Ia tidak mau ikut, malah ngotot mau kuliah lagi. Ayah Yadnyawati kecewa. Berbagai usaha dilakukan membujuk putrinya itu agar mau bekerja sebagai guru.
Menurut ayahnya, saat itu tamatan SPG diprioritaskan menjadi PNS. Namun, Yadnyawati malah pergi menyusul kakak sulungnya yang sedang kuliah di Yogyakarta.
Atas saran Bagus Yudana juga, orangtua Yadnyawati melunak. Ia diizinkan meneruskan kuliahnya di FKIP Unud Singaraja. Lagi-lagi ia diharapkan menjadi guru. ”Bagi saya yang penting bisa kuliah,” tuturnya sembari tertawa.
Semakin lama menekuni ilmu pendidikan, ia mengaku semakin menikmatinya. ”Ternyata dunia pendidikan sangatlah menarik untuk dipelajari,” katanya. Yadnyawati termasuk mahasiswi yang menonjol di kampus. Nilainya pun terbilang bagus. Tahun 1984 ia menamatkan studinya
dengan baik.
Setelah tamat kuliah, Yadnyawati malah mendapatkan jodoh, dokter Ida Bagus Putra Paramartha yang kini telah memberinya tiga anak.
Setelah menikah, nasehat orangtuanya untuk menjadi guru tetap tergiang di kepalaYadnyawati.
Tahun 1985, ia mencoba ikut tes pengangkatan Dosen Kopertis Wilayah VIII. Ia lulus dan ditempatkan di IHD (Unhi) Denpasar.
Kariernya berawal sebagai staf dosen di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Agama IHD Denpasar. Ia semakin mantap menjadi tenaga pengajar. ”Ternyata setelah dilakoni, saya merasa menikmati sebagai dosen. Toh, dosen sama saja dengan guru,” ujarnya.
Keinginannya untuk terus belajar, memacu semangatnya untuk kuliah lagi. Namun niatnya itu diurungkan, lantaran ia harus mendahulukan profesi utamanya sebagai ibu dan istri.
Ia mengaku kehidupan rumahtangganya, di mulai dari bawah. Mengikuti suami yang bertugas sebagai dokter Puskesmas di desa, banyak membawa kenangan baginya. ”Saat itu belum ada listrik masih pakai lampu strong king. Suasana di desa masih sepi, jalan setapak dan masih hutan,” katanya mengenang awal pernikahannya.
Namun, ia mengaku semua itu membuatnya belajar arti kesabaran dan kerja keras. Dalam hati, ia berjanji setelah anak-anaknya besar nanti, ia ingin kembali belajar. Apalagi sebagai seorang dosen, ia dituntut terus mengembangkan wawasannya.
Setelah anak sulungnya duduk di bangku SMA, ia melanjutkan studi program Pasca Sarjana di IKIP Singaraja.
Kembali kesabarannya diuji. Perkuliahan yang padat tiap hari mengharuskannya bertempat tinggal di Singaraja.
Ia pun harus menerima risiko berpisah dengan keluarganya. Hari Sabtu ia manfaatkan untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga. Kadang, Yadnyawati merasa jenuh dan putus asa di tengah jalan.
Terbersit keinginan untuk berhenti. Saat ia harus kembali ke Singaraja, anak bungsunya sering menangis. ”Hati saya sedih, namun saya harus sadar semua pengorbanan akan sia-sia jika saya mundur,” tuturnya. Selain motivasi suami, ia mengaku kakak sulungnya sangat memegang peranan dalam kesuksesannya. ”Tiada henti, kakak memberikan saya nasehat dan saran, sehingga saya merasa kuat dan tabah,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Tahun 2003, ia berhasil tamat dan meraih gelar Magister Pendidikan. Yadnyawati tidak mau menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Setahun kemudian ia melanjutkan studi doktornya di Universitas Negeri Jakarta. Penelitian pendidikan ia lakukan pada beberapa SMPN diDenpasar.
Menurutnya kualitas belajar anak sangat ditentukan pola asuh orangtuanya, karena keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama.
”Orangtua dan anak harus terjalin komunikasi yang baik dan harmonis.
Jika ada masalah atau kesulitan di sekolah, anak dengan mudah mengungkapkan pada orangtuanya. Begitu juga sebaliknya orangtua rajin memantau perkembangan hasil belajar anak,” ujar Ibu Ida Bagus Gde Suwibawa Putra, Ida Ayu Gde Suwiprabayanti Putra, dan Ida Bagus Gde Suwitrisna Putra ini.
Ia menilai guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Siswa diberikan banyak kesempatan menyampaikan pendapatnya. Hal ini kata dia, melatih siswa untuk berani dan kritis. ”Jangan pernah memberi label pada siswa, seperti kamu penakut, atau kamu bodoh. Label ini malah mengakibatkan siswa minder dan motivasi belajarnya menurun,” sarannya.
13 Februari 2008, hari yang paling membahagiakan dirinya. Ia lulus dalam disertasinya dan meraih gelar doktor, dengan nilai sangat memuaskan 3,8. Keberhasilannya itu ia anggap kado ulangtahunnya yang ke 48. –ast
Dimuat di Koran Tokoh, Edisi 477, 24 – 1 Maret 2008
Dalam ujian sidang terbuka 13 Februari 2008 lalu, Yadnyawati cukup berbangga mengantongi nilai 3,8. Apa sebenarnya cita-cita Doktor perempuan pertama di Universitas Hindu Denpasar ini semasa remaja?
Terlahir sebagai anak kedua dari lima bersaudara, sejak kecil Yadnyawati sudah diarahkan kedua orangtuanya menjadi guru. Namun, ia mengaku lebih tertarik menjadi apoteker. ”Dalam pikiran saya, lebih mengasyikkan menjadi apoteker. Apalagi saya menyukai IPA,” tutur perempuan kelahiran Badung, 11 Februari 1960 ini.
Rasa sungkan dan segan pada orangtuanya membuat ia harus mematuhi saran orangtuanya itu. Setelah tamat SMP, dengan perasaan berat hati ia mendaftar di SPG (Sekolah Pendidikan Guru). ”Itu saya lakukan karena tidak ingin mengecewakan kedua orangtua saya,” kata putri pasangan Ida Bagus Ardana dengan Ida Ayu Gde Asmani ini.
Semester pertama, ia lewati dengan nilai pas-pasan. Namun, ia bersyukur kakaknya Ida Bagus Gde Yudana, selalu memberinya motivasi untuk maju.
Tamat SPG, ia diminta ayahnya ikut mendaftar pengangkatan guru SD.
Lagi-lagi, Yadnyawati berulah. Ia tidak mau ikut, malah ngotot mau kuliah lagi. Ayah Yadnyawati kecewa. Berbagai usaha dilakukan membujuk putrinya itu agar mau bekerja sebagai guru.
Menurut ayahnya, saat itu tamatan SPG diprioritaskan menjadi PNS. Namun, Yadnyawati malah pergi menyusul kakak sulungnya yang sedang kuliah di Yogyakarta.
Atas saran Bagus Yudana juga, orangtua Yadnyawati melunak. Ia diizinkan meneruskan kuliahnya di FKIP Unud Singaraja. Lagi-lagi ia diharapkan menjadi guru. ”Bagi saya yang penting bisa kuliah,” tuturnya sembari tertawa.
Semakin lama menekuni ilmu pendidikan, ia mengaku semakin menikmatinya. ”Ternyata dunia pendidikan sangatlah menarik untuk dipelajari,” katanya. Yadnyawati termasuk mahasiswi yang menonjol di kampus. Nilainya pun terbilang bagus. Tahun 1984 ia menamatkan studinya
dengan baik.
Setelah tamat kuliah, Yadnyawati malah mendapatkan jodoh, dokter Ida Bagus Putra Paramartha yang kini telah memberinya tiga anak.
Setelah menikah, nasehat orangtuanya untuk menjadi guru tetap tergiang di kepalaYadnyawati.
Tahun 1985, ia mencoba ikut tes pengangkatan Dosen Kopertis Wilayah VIII. Ia lulus dan ditempatkan di IHD (Unhi) Denpasar.
Kariernya berawal sebagai staf dosen di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Agama IHD Denpasar. Ia semakin mantap menjadi tenaga pengajar. ”Ternyata setelah dilakoni, saya merasa menikmati sebagai dosen. Toh, dosen sama saja dengan guru,” ujarnya.
Keinginannya untuk terus belajar, memacu semangatnya untuk kuliah lagi. Namun niatnya itu diurungkan, lantaran ia harus mendahulukan profesi utamanya sebagai ibu dan istri.
Ia mengaku kehidupan rumahtangganya, di mulai dari bawah. Mengikuti suami yang bertugas sebagai dokter Puskesmas di desa, banyak membawa kenangan baginya. ”Saat itu belum ada listrik masih pakai lampu strong king. Suasana di desa masih sepi, jalan setapak dan masih hutan,” katanya mengenang awal pernikahannya.
Namun, ia mengaku semua itu membuatnya belajar arti kesabaran dan kerja keras. Dalam hati, ia berjanji setelah anak-anaknya besar nanti, ia ingin kembali belajar. Apalagi sebagai seorang dosen, ia dituntut terus mengembangkan wawasannya.
Setelah anak sulungnya duduk di bangku SMA, ia melanjutkan studi program Pasca Sarjana di IKIP Singaraja.
Kembali kesabarannya diuji. Perkuliahan yang padat tiap hari mengharuskannya bertempat tinggal di Singaraja.
Ia pun harus menerima risiko berpisah dengan keluarganya. Hari Sabtu ia manfaatkan untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga. Kadang, Yadnyawati merasa jenuh dan putus asa di tengah jalan.
Terbersit keinginan untuk berhenti. Saat ia harus kembali ke Singaraja, anak bungsunya sering menangis. ”Hati saya sedih, namun saya harus sadar semua pengorbanan akan sia-sia jika saya mundur,” tuturnya. Selain motivasi suami, ia mengaku kakak sulungnya sangat memegang peranan dalam kesuksesannya. ”Tiada henti, kakak memberikan saya nasehat dan saran, sehingga saya merasa kuat dan tabah,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Tahun 2003, ia berhasil tamat dan meraih gelar Magister Pendidikan. Yadnyawati tidak mau menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Setahun kemudian ia melanjutkan studi doktornya di Universitas Negeri Jakarta. Penelitian pendidikan ia lakukan pada beberapa SMPN diDenpasar.
Menurutnya kualitas belajar anak sangat ditentukan pola asuh orangtuanya, karena keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama.
”Orangtua dan anak harus terjalin komunikasi yang baik dan harmonis.
Jika ada masalah atau kesulitan di sekolah, anak dengan mudah mengungkapkan pada orangtuanya. Begitu juga sebaliknya orangtua rajin memantau perkembangan hasil belajar anak,” ujar Ibu Ida Bagus Gde Suwibawa Putra, Ida Ayu Gde Suwiprabayanti Putra, dan Ida Bagus Gde Suwitrisna Putra ini.
Ia menilai guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Siswa diberikan banyak kesempatan menyampaikan pendapatnya. Hal ini kata dia, melatih siswa untuk berani dan kritis. ”Jangan pernah memberi label pada siswa, seperti kamu penakut, atau kamu bodoh. Label ini malah mengakibatkan siswa minder dan motivasi belajarnya menurun,” sarannya.
13 Februari 2008, hari yang paling membahagiakan dirinya. Ia lulus dalam disertasinya dan meraih gelar doktor, dengan nilai sangat memuaskan 3,8. Keberhasilannya itu ia anggap kado ulangtahunnya yang ke 48. –ast
Dimuat di Koran Tokoh, Edisi 477, 24 – 1 Maret 2008
Wanita Rentan Kanker Payudara
KANKER Payudara timbul tanpa gejala, dan tidak sakit. Banyak penderita berobat dalam stadium lanjut. Padahal, ada cara efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker payudara dengan Sadari.
Demikian diungkapkan Kepala Divisi Bedah Tumor FK. Unud Dr. dr. Tjakra Wibawa Manuaba, M.P.H., DSB(K). Onk. FinaCS.
Tahap awal kanker payudara, kata lelaki usia 59 tahun ini, biasanya tidak ada gejala sama sekali, dan tidak sakit. Namun, ketika tumor semakin membesar, benjolan terasa keras bila disentuh, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluarnya cairan (nanah) dari payudara dan pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu.
“Benjolan semakin besar dapat mempengaruhi jaringan kulit, dan dinding dada di belakangnya, payudara menjadi borok dan sel kanker menyebar jauh. Bisa menyebar ke payudara yang satunya, tulang, paru-paru, liver, dan yang paling berbahaya jika menyebar ke otak,” papar konsultan Bedah Onkologi ini.
Banyak pasien kanker payudara mengklaim dirinya, bahwa kanker yang ada baru tumbuh dua minggu atau sebulan lalu. Padahal, kata dokter Tjakra, kanker itu sudah tumbuh dalam tubuh pasien bertahun-tahun, hanya saja baru dideteksi.
Menurutnya satu sel kanker berkembang menjadi 2, 4, 8, dan begitu seterusnya membutuhkan waktu 90-100 hari. Untuk mencapai ukuran 1 cm memerlukan waktu sekitar 6-7 tahun.
“Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara, dan sel ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Kapan penyebarannya tidak diketahui, tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas alias kanker,” ujarnya.
Ironisnya, kata dokter Tjakra, pasien yang datang berobat ke RS Sanglah 80% dalam stadium III atau IV. Ia menilai, kasus ini banyak terjadi karena pasien tidak tahu dirinya menderita kanker, atau takut operasi dan mencoba mencari obat alternatif, sehingga akhirnya terlambat dan kanker mencapai stadium lanjut.
Pengobatan pada stadium III atau IV, menurutnya, sangat mahal. “Pengobatan kemoterapi dan target terapi molekol disamping biayanya mahal, hasil yang diperoleh tidak terlalu memuaskan. Jadi alangkah baiknya, datang berobat pada stadium dini,” sarannya.
Kanker stadium I atau dini kata dia, ukuran tumor tidak lebih dari 2-3 cm, dan tidak terdapat penyebaran pada kelenjar getah bening ketiak. “Pada stadium ini, bisa dilakukan pembedahan dan payudara tidak sampai diangkat. Operasi tidak ada risiko, dan tidak ada rasa sakit. Penyembuhan bisa mencapai 90%. Jadi pasien tidak perlu takut,” katanya.
Kanker bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Sebagian kanker dapat disembuhkan, asal dapat diketahui dan diobati dengan baik pada stadium dini. Artinya, deteksi dini pada kanker adalah usaha penting dalam upaya penangulangan kanker yang terpadu dan paripurna.
Untuk mendeteksi dini, ia menganjurkan para wanita melakukan pemeriksaan mamografi. Mamografi adalah pemeriksaan payudara dengan alat roentgen. “Pemeriksaan sangat sederhana, tidak sakit, dan hanya memakan waktu 5-10 menit saja. Saat terbaik menjalani pemeriksaan mamografi adalah seminggu setelah selesai menstruasi,” katanya.
Ia menganjurkan mamografi dilakukan dua tahun sekali pada wanita usia 45-50 tahun, dan tiap tahun bagi wanita usai 50 tahun keatas.
Selain itu yang tak kalah penting adalah Sadari ( Periksa Payudara Sendiri).
Prinsip Sadari adalah agar para wanita mengenal payudaranya sendiri.
Perhatikan bentuk payudara dari depan, sisi kiri dan kanan apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik atau mengeluarkan cairan.
“Sadari dilakukan tiap bulan, seminggu setelah menstruasi, karena payudara sudah tidak tegang atau sakit lagi. Jika saat diperiksa ada benjolan, dicatat. Kemudian dibandingkan dengan bulan lalu apakah ada benjolan, atau tidak. Bulan depannya kembali diperiksa, apakah benjolan itu masih ada. Jika ada, segera periksa ke dokter,” ujar suami Dokter Endrawati ini.
Tehnik Sadari ini, menurut dokter Tjakra, sangat baik dilakukan saat mandi, karena tubuh dalam keadaan licin.
“Caranya, periksa payudara menyilang, payudara kiri diperiksa tangan kanan, dan payudara kanan diperiksa tangan kiri. Gunakan jari-jari telapak tangan secara sistematis dan melingkar. Mulailah meraba dengan penekanan halus ke seluruh payudara. Bila terdapat benjolan yang kerasnya berbeda dengan jaringan sekitarnya segeralah ke dokter,” katanya.
Ia menyebutkan benjolan bisa saja dimana-mana termasuk di bawah puting susu, atau di sisi payudara. Namun, berdasarkan teori, sebagian besar kanker payudara mengendap di atas payudara luar ke arah ketiak.
Bagi perempuan yang menyuntikkan payudaranya dengan silikon cair jelas sudah berbahaya. Silikon cair kata dia, sudah dilarang penggunaanya, karena efeknya berbahaya dalam jangka panjang, beda dengan silikon padat.
Menurut penelitian, silikon padat tidak berbahaya bagi payudara, hanya saja, kata dokter Tjakra, menyulitkan deteksi dini kanker payudara.
Ia menilai teknik pemijatan untuk membesarkan payudara hasilnya belum bisa dikatakan akurat. Secara teoritis, payudara tidak akan membesar jika dipijat. Pada beberapa wanita ada yang menyuntikkan hormonal pada payudaranya agar kelihatan lebih seksi atau feminism. Menurutnya, penyuntikan hormon estrogen malah dapat memicu kanker payudara.
Kanker payudara tidak hanya menyerang kaum perempuan, laki-laki pun bisa kena.
Jika laki-laki menderita kanker payudara, menurut dia, yang perlu diwaspadai adalah faktor genetik. Artinya, kanker itu terjadi karena faktor keturunan. “Perlu ditelusuri apakah ada keluarganya yang menderita kanker sebelumnya. Laki-laki tidak mempunyai payudara. Jika ada benjolan mudah dideteksi. Biasanya kasus ini jarang terjadi sekitar 5-10%,” ujarnya.
Ia menyarankan untuk mencegah kanker sebaiknya masyarakat melakukan pola hidup sehat. “Cerdas memilih makanan. Artinya, jangan makan hanya memakai lidah dan mata, tapi gunakan otak. Pilihlah makanan yang sehat dan bergizi, hindari junk food,” sarannya. Kanker lebih banyak menyerang orang-orang yang jarang beraktifitas, dan kurang olahraga, merokok, minum alkohol, dan stres. -ast
Dimuat di Koran Tokoh, Edisi 477, 24-1 Maret 2008
Demikian diungkapkan Kepala Divisi Bedah Tumor FK. Unud Dr. dr. Tjakra Wibawa Manuaba, M.P.H., DSB(K). Onk. FinaCS.
Tahap awal kanker payudara, kata lelaki usia 59 tahun ini, biasanya tidak ada gejala sama sekali, dan tidak sakit. Namun, ketika tumor semakin membesar, benjolan terasa keras bila disentuh, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluarnya cairan (nanah) dari payudara dan pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu.
“Benjolan semakin besar dapat mempengaruhi jaringan kulit, dan dinding dada di belakangnya, payudara menjadi borok dan sel kanker menyebar jauh. Bisa menyebar ke payudara yang satunya, tulang, paru-paru, liver, dan yang paling berbahaya jika menyebar ke otak,” papar konsultan Bedah Onkologi ini.
Banyak pasien kanker payudara mengklaim dirinya, bahwa kanker yang ada baru tumbuh dua minggu atau sebulan lalu. Padahal, kata dokter Tjakra, kanker itu sudah tumbuh dalam tubuh pasien bertahun-tahun, hanya saja baru dideteksi.
Menurutnya satu sel kanker berkembang menjadi 2, 4, 8, dan begitu seterusnya membutuhkan waktu 90-100 hari. Untuk mencapai ukuran 1 cm memerlukan waktu sekitar 6-7 tahun.
“Sel kanker tersebut diam pada kelenjar payudara, dan sel ini dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Kapan penyebarannya tidak diketahui, tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas alias kanker,” ujarnya.
Ironisnya, kata dokter Tjakra, pasien yang datang berobat ke RS Sanglah 80% dalam stadium III atau IV. Ia menilai, kasus ini banyak terjadi karena pasien tidak tahu dirinya menderita kanker, atau takut operasi dan mencoba mencari obat alternatif, sehingga akhirnya terlambat dan kanker mencapai stadium lanjut.
Pengobatan pada stadium III atau IV, menurutnya, sangat mahal. “Pengobatan kemoterapi dan target terapi molekol disamping biayanya mahal, hasil yang diperoleh tidak terlalu memuaskan. Jadi alangkah baiknya, datang berobat pada stadium dini,” sarannya.
Kanker stadium I atau dini kata dia, ukuran tumor tidak lebih dari 2-3 cm, dan tidak terdapat penyebaran pada kelenjar getah bening ketiak. “Pada stadium ini, bisa dilakukan pembedahan dan payudara tidak sampai diangkat. Operasi tidak ada risiko, dan tidak ada rasa sakit. Penyembuhan bisa mencapai 90%. Jadi pasien tidak perlu takut,” katanya.
Kanker bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Sebagian kanker dapat disembuhkan, asal dapat diketahui dan diobati dengan baik pada stadium dini. Artinya, deteksi dini pada kanker adalah usaha penting dalam upaya penangulangan kanker yang terpadu dan paripurna.
Untuk mendeteksi dini, ia menganjurkan para wanita melakukan pemeriksaan mamografi. Mamografi adalah pemeriksaan payudara dengan alat roentgen. “Pemeriksaan sangat sederhana, tidak sakit, dan hanya memakan waktu 5-10 menit saja. Saat terbaik menjalani pemeriksaan mamografi adalah seminggu setelah selesai menstruasi,” katanya.
Ia menganjurkan mamografi dilakukan dua tahun sekali pada wanita usia 45-50 tahun, dan tiap tahun bagi wanita usai 50 tahun keatas.
Selain itu yang tak kalah penting adalah Sadari ( Periksa Payudara Sendiri).
Prinsip Sadari adalah agar para wanita mengenal payudaranya sendiri.
Perhatikan bentuk payudara dari depan, sisi kiri dan kanan apakah ada benjolan, perubahan warna kulit, puting bersisik atau mengeluarkan cairan.
“Sadari dilakukan tiap bulan, seminggu setelah menstruasi, karena payudara sudah tidak tegang atau sakit lagi. Jika saat diperiksa ada benjolan, dicatat. Kemudian dibandingkan dengan bulan lalu apakah ada benjolan, atau tidak. Bulan depannya kembali diperiksa, apakah benjolan itu masih ada. Jika ada, segera periksa ke dokter,” ujar suami Dokter Endrawati ini.
Tehnik Sadari ini, menurut dokter Tjakra, sangat baik dilakukan saat mandi, karena tubuh dalam keadaan licin.
“Caranya, periksa payudara menyilang, payudara kiri diperiksa tangan kanan, dan payudara kanan diperiksa tangan kiri. Gunakan jari-jari telapak tangan secara sistematis dan melingkar. Mulailah meraba dengan penekanan halus ke seluruh payudara. Bila terdapat benjolan yang kerasnya berbeda dengan jaringan sekitarnya segeralah ke dokter,” katanya.
Ia menyebutkan benjolan bisa saja dimana-mana termasuk di bawah puting susu, atau di sisi payudara. Namun, berdasarkan teori, sebagian besar kanker payudara mengendap di atas payudara luar ke arah ketiak.
Bagi perempuan yang menyuntikkan payudaranya dengan silikon cair jelas sudah berbahaya. Silikon cair kata dia, sudah dilarang penggunaanya, karena efeknya berbahaya dalam jangka panjang, beda dengan silikon padat.
Menurut penelitian, silikon padat tidak berbahaya bagi payudara, hanya saja, kata dokter Tjakra, menyulitkan deteksi dini kanker payudara.
Ia menilai teknik pemijatan untuk membesarkan payudara hasilnya belum bisa dikatakan akurat. Secara teoritis, payudara tidak akan membesar jika dipijat. Pada beberapa wanita ada yang menyuntikkan hormonal pada payudaranya agar kelihatan lebih seksi atau feminism. Menurutnya, penyuntikan hormon estrogen malah dapat memicu kanker payudara.
Kanker payudara tidak hanya menyerang kaum perempuan, laki-laki pun bisa kena.
Jika laki-laki menderita kanker payudara, menurut dia, yang perlu diwaspadai adalah faktor genetik. Artinya, kanker itu terjadi karena faktor keturunan. “Perlu ditelusuri apakah ada keluarganya yang menderita kanker sebelumnya. Laki-laki tidak mempunyai payudara. Jika ada benjolan mudah dideteksi. Biasanya kasus ini jarang terjadi sekitar 5-10%,” ujarnya.
Ia menyarankan untuk mencegah kanker sebaiknya masyarakat melakukan pola hidup sehat. “Cerdas memilih makanan. Artinya, jangan makan hanya memakai lidah dan mata, tapi gunakan otak. Pilihlah makanan yang sehat dan bergizi, hindari junk food,” sarannya. Kanker lebih banyak menyerang orang-orang yang jarang beraktifitas, dan kurang olahraga, merokok, minum alkohol, dan stres. -ast
Dimuat di Koran Tokoh, Edisi 477, 24-1 Maret 2008
Cebok yang Benar dari Depan ke Belakang
CEBOK yang salah dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada organ kewanitaan. Karena ketidaktahuannya, banyak perempuan cebok dari belakang ke depan. Padahal, cara itu sama saja menarik kotoran ke daerah vagina. Demikian diungkapkan dokter spesialis kandungan Prima Medika Hospital dr. I Putu Sarjana, Sp.O.G.
Menurutnya cara cebok yang benar adalah dari depan ke belakang. “Organ intim wanita bentuknya khas, sehingga para wanita harus ekstra menjaga kebersihan organ kewanitaannya. Jika tidak, akan menjadi lahan subur bagi kumam dan bakteri,” paparnya.
Kuman yang terdapat dalam vagina kata dia, dapat mengakibatkan berbagai keluhan seperti keputihan, bahkan lebih parah lagi jika bakteri tersebut menyerang saluran kemih atau saluran kencing perempuan yang menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih.
Ia menyarankan jika kencing di toilet umum, sebaiknya gunakan air kran atau shower. “Jangan menggunakan air yang ditampung di bak atau ember. Air tersebut bisa saja sudah tergenang dalam waktu lama, atau mungkin saja sudah kotor,” ujarnya.
Ia menyarankan pilihlah toilet jongkok, daripada toilet duduk. Toilet jongkok menurut Dokter Sarjana, tidak menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. “Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, bersihkan dulu pinggiran toilet dengan tisu,” sarannya sembari mengingatkan jangan pernah menahan kencing karena toilet yang kotor.
Terlalu sering menahan kencing malah dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih. “Rasa ingin kencing lagi usai berkemih atau anyang-anyangan adalah salah satu tanda infeksi saluran kencing,” kata Dokter Sarjana.
Menurutnya gejala infeksi saluran kemih seperti sakit di perut bawah, saat kencing terasa nyeri, anyang-anyangan atau kencing tidak tuntas dan masih ingin kencing lagi. Jika infeksi sudah tingkat lanjut, bisa menimbulkan panas dan demam.
Dibandingkan pria, kata dia, perempuan lebih rentan terinfeksi saluran kemih. Penyebabnya adalah saluran uretra (saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek. Berbeda dengan uretra pria yang panjang.
Ia mengatakan jika perempuan menahan kencing, uretra jadi semakin pendek dan memungkinkan kuman masuk ke dalam saluran kencing.
Perempuan hamil juga sering terserang infeksi saluran kencing. Berbagai perubahan hormonal dan perubahan daya tahan tubuh pada wanita hamil juga meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
“Daya tahan tubuh saat hamil biasanya menurun, sehingga rentan terhadap kumam. Bukan hanya rentan terhadap infeksi saluran kemih, tapi wanita hamil rawan juga mengalami keputihan,” ujarnya.
Namun, jika kencing tidak disertai anyang-anyangan atau nyeri, biasanya hal itu disebabkan karena tekanan dari rahim saat kehamilan. “Rahim makin membesar kantung kencing makin tertekan. Apalagi jika kepala bayi sudah turun dan mulai menekan. Kantung kencingnya makin kecil dan keinginan buang air kecil semakin sering,” paparnya. Menurutnya itu alami terjadi pada ibu hamil.
Untuk membedakan sering kencing karena tekanan kepala bayi atau infeksi saluran kencing dapat dilakukan tes urin, yang bisa menjelaskan ada tidaknya bakteri pada urin.
Ia menganjurkan wanita hamil rutin memeriksakan air seni. Jika terdapat bakteri segera dapat diatasi.
“Agar terhindar dari infeksi saluran kencing sebaiknya selalu menjaga kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing. Selalu gunakan air bersih untuk cebok. Karena tempatnya agak di dalam, jadi memerlukan perawatan ekstra,” ujarnya.
Menurutnya banyak minum air putih merupakan cara tepat terhindar dari infeksi saluran kemih. Jumlah air yang dikonsumsi minimal 8 gelas tiap hari.
“Jangan pernah lalai minum air putih, terutama bagi pekerja kantoran yang sering duduk. Sempatkan diri bangun dari kursi dan berjalan-jalan sejenak mengendorkan oto-otot sambil minum air putih,” sarannya.
Air putih sangat penting untuk membilas kumam dalam tubuh.
Ia menyarankan jangan pernah menahan kencing, kencinglah sebelum melakukan perjalanan jauh atau sebelum melakukan hubungan seks. Bagi perempuan yang sudah menikah, kata dia, jangan biasakan menahan kencing saat berhubungan seksual. Kalau uretra penuh, terkena gesekan saat berubungan seks kata dia, menyebabkan kuman gampang terdorong masuk ke saluran kencing dan mengakibatkan infeksi.
“Hindari bergonta-ganti pasangan seksual. Hal ini berlaku juga untuk pasangan masing-masing sehingga kecil kemungkinan tertular penyakit kelamin atau infeksi saluran kemih. Selain itu ia menganjurkan banyak mengonsumsi buah-buhan dan sayur-sayuran. –ast
Dimuat di Koran Tokoh, Edisi 477, 24 – 1 Maret 2008
Menurutnya cara cebok yang benar adalah dari depan ke belakang. “Organ intim wanita bentuknya khas, sehingga para wanita harus ekstra menjaga kebersihan organ kewanitaannya. Jika tidak, akan menjadi lahan subur bagi kumam dan bakteri,” paparnya.
Kuman yang terdapat dalam vagina kata dia, dapat mengakibatkan berbagai keluhan seperti keputihan, bahkan lebih parah lagi jika bakteri tersebut menyerang saluran kemih atau saluran kencing perempuan yang menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih.
Ia menyarankan jika kencing di toilet umum, sebaiknya gunakan air kran atau shower. “Jangan menggunakan air yang ditampung di bak atau ember. Air tersebut bisa saja sudah tergenang dalam waktu lama, atau mungkin saja sudah kotor,” ujarnya.
Ia menyarankan pilihlah toilet jongkok, daripada toilet duduk. Toilet jongkok menurut Dokter Sarjana, tidak menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. “Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, bersihkan dulu pinggiran toilet dengan tisu,” sarannya sembari mengingatkan jangan pernah menahan kencing karena toilet yang kotor.
Terlalu sering menahan kencing malah dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih. “Rasa ingin kencing lagi usai berkemih atau anyang-anyangan adalah salah satu tanda infeksi saluran kencing,” kata Dokter Sarjana.
Menurutnya gejala infeksi saluran kemih seperti sakit di perut bawah, saat kencing terasa nyeri, anyang-anyangan atau kencing tidak tuntas dan masih ingin kencing lagi. Jika infeksi sudah tingkat lanjut, bisa menimbulkan panas dan demam.
Dibandingkan pria, kata dia, perempuan lebih rentan terinfeksi saluran kemih. Penyebabnya adalah saluran uretra (saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek. Berbeda dengan uretra pria yang panjang.
Ia mengatakan jika perempuan menahan kencing, uretra jadi semakin pendek dan memungkinkan kuman masuk ke dalam saluran kencing.
Perempuan hamil juga sering terserang infeksi saluran kencing. Berbagai perubahan hormonal dan perubahan daya tahan tubuh pada wanita hamil juga meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
“Daya tahan tubuh saat hamil biasanya menurun, sehingga rentan terhadap kumam. Bukan hanya rentan terhadap infeksi saluran kemih, tapi wanita hamil rawan juga mengalami keputihan,” ujarnya.
Namun, jika kencing tidak disertai anyang-anyangan atau nyeri, biasanya hal itu disebabkan karena tekanan dari rahim saat kehamilan. “Rahim makin membesar kantung kencing makin tertekan. Apalagi jika kepala bayi sudah turun dan mulai menekan. Kantung kencingnya makin kecil dan keinginan buang air kecil semakin sering,” paparnya. Menurutnya itu alami terjadi pada ibu hamil.
Untuk membedakan sering kencing karena tekanan kepala bayi atau infeksi saluran kencing dapat dilakukan tes urin, yang bisa menjelaskan ada tidaknya bakteri pada urin.
Ia menganjurkan wanita hamil rutin memeriksakan air seni. Jika terdapat bakteri segera dapat diatasi.
“Agar terhindar dari infeksi saluran kencing sebaiknya selalu menjaga kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing. Selalu gunakan air bersih untuk cebok. Karena tempatnya agak di dalam, jadi memerlukan perawatan ekstra,” ujarnya.
Menurutnya banyak minum air putih merupakan cara tepat terhindar dari infeksi saluran kemih. Jumlah air yang dikonsumsi minimal 8 gelas tiap hari.
“Jangan pernah lalai minum air putih, terutama bagi pekerja kantoran yang sering duduk. Sempatkan diri bangun dari kursi dan berjalan-jalan sejenak mengendorkan oto-otot sambil minum air putih,” sarannya.
Air putih sangat penting untuk membilas kumam dalam tubuh.
Ia menyarankan jangan pernah menahan kencing, kencinglah sebelum melakukan perjalanan jauh atau sebelum melakukan hubungan seks. Bagi perempuan yang sudah menikah, kata dia, jangan biasakan menahan kencing saat berhubungan seksual. Kalau uretra penuh, terkena gesekan saat berubungan seks kata dia, menyebabkan kuman gampang terdorong masuk ke saluran kencing dan mengakibatkan infeksi.
“Hindari bergonta-ganti pasangan seksual. Hal ini berlaku juga untuk pasangan masing-masing sehingga kecil kemungkinan tertular penyakit kelamin atau infeksi saluran kemih. Selain itu ia menganjurkan banyak mengonsumsi buah-buhan dan sayur-sayuran. –ast
Dimuat di Koran Tokoh, Edisi 477, 24 – 1 Maret 2008
Selasa, 19 Februari 2008
Mengajar bayi membaca
Glenn Doman dalam bukunya ‘Mengajar Bayi Anda Membaca’ menyebutkan, dua faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mengajar membaca yakni:
- Sikap dan pendekatan orangtua harus menyenangkan karena belajar membaca merupakan permainan yang bagus sekali.
- Membatasi waktu melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan ini sebelum anak jenuh dan ingin menghentikannya.
Bahan yang digunakan:
- Kertas putih yang agak kaku (karton poster).
- Ukuran karton: tinggi 15 cm, panjang 60 cm dan ukuran huruf: tinggi 12,5 cm, lebar 10 cm, dan tiap huruf berjarak kira-kira 1,25 cm.
- Kata-kata yang dipakai ditulis dengan spidol besar, dan berwarna merah.
- Tulisannya harus rapi dan jelas, model hurufnya sederhana dan konsisten.
- Mengajarkan anak membaca dimulai menggunakan hanya lima belas kata saja. Kata-kata pertama harus terdiri atas kata-kata yang paling dikenal dan paling dekat dengan lingkungannya yaitu nama-nama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, atau sesuatu yang dianggap penting untuk anak. Contoh: ibu/mama/bunda dan bapak/ayah.
- Gunakan tempat yang paling sedikit terdapat benda-benda yang dapat mengalihkan perhatiannya, misalnya, jangan ada suara radio atau televisi.
- Ulangi 3 kali dengan jarak paling sedikit 1,5 jam.
- Jangan lupa menunjukkan rasa bangga Anda.
- Jangan lakukan tes, belum waktunya. - ast
Senin, 18 Februari 2008
Tips Mencegah Keputihan
KEPUTIHAN normal terjadi sebelum dan sesudah menstruasi. Menurut dr. I Putu Sarjana, Sp.O.G. dari Prima Medika Hospital untuk mencegah keputihan yang berlebihan alias tidak normal, beberapa hal yang harus diperhatikan :
- Gunakan sabun lembut tanpa pewangi saat mandi untuk menjaga keasaman vagina. Normalnya, vagina berbau asam dan kecut dengan ph keasaman berkisar 4 - 4,5.
- Cuci daerah vagina tiap hari, setelah itu keringkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
- Lakukan cebok yang benar yakni dari depan ke belakang, baik setelah buang air kecil maupun buang air besar. Hal ini untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina.
- Saat menstruasi usahakan ganti pembalut sesering mungkin.
Jangan kenakan pakaian lembab, karena jamur tumbuh subur dalam lingkungan yang lembab. - Hindari memakai celana dalam ketat agar sirkulasi udara di sekitar vagina lancar.
- Hindari makanan yang terlalu manis karena dapat mempercepat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
- Lakukan seks yang aman dengan setia pada pasangan.
- Tidur dan istirahat yang cukup untuk meningkatkan daya tahan terhadap infeksi.
- Olah raga teratur dan jangan stres. -ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 476, 17-23 Februari 2008
Jumat, 15 Februari 2008
Suka Duka Jadi Wartawan
Dunia wartawan memang memberi warna-warni dalam kehidupanku. Kadang aku mesti pulang malam, setelah itu sampai di rumah aku mesti ngetik naskah lagi. Bahkan sampai subuh. Yah. tapi aku menikmatinya.
Menunggu narasumber alias yang akan diwawancarai, kadang meyebalkan. Udah janji, eh... molor, dan kita dituntut kudu sabar. Belum lagi tiba-tiba mendadak batalin janji wawancara.
Hah....... bikin sebel.
Tapi walau gitu, ternyata aku tetap menyukai dunia wartawan. Kadang aku merasa tertantang untuk menaklukkan kesulitan yang aku temui.
Apalagi sebagai seorang perempuan, Ibuku sering mewanti-wanti aku "Nak, kamu tuh jaga diri baik-baik. Ibu khawatir ama dirimu," itu kata ibuku. Aku jadi ingat, pernah kejadian saking sibuknya aku sempat lupa nelpon pulang, kalau aku terlambat pulang ke rumah.
Ibuku menelpon aku dengan suara gemetaran. Ya, ampun aku baru sadar udah jam 9 malam, sedangkan aku berangkat dari rumah jam 7 pagi hingga kini belum kasi kabar ke rumah.
Maklumlah aku satu-satunya anak perempuan di rumah.
Ha...ha...ha.. ya begitulah kadang aku lupa waktu, saking asiknya.
Ya, disamping susahnya, banyak enaknya juga.
Tiap hari ketemu orang baru dan ketemu public figure, seperti pejabat, dan artis.
masuk hotel gratis, makan gratis, tapi pulangnya bayar. Ha..ha..ha...
Sebenarnya duul waktu kecil, aku gak pernah kepikiran jadi wartawan.
malah aku ingin jadi guru, bisa ngasi tahu orang, dan bikin orang lain jadi pintar.
Eh... karang malah jadi wartawan.
Tapi aku pikir sama saja, kan bikin pembaca jadi pintar. Sama saja kan????
Banyak suka, duka yang aku alami. Tapi aku tetap menikmati, karena apapun yang kita lakukan selalu ada riskonya. Yang penting kita lakukan dengan benar dan bertanggung jawab.
Yah, udah malam nih, aku mesti istirahat dulu. Sekedar celoteh untuk memotivasi semangatku bekerja.
Menunggu narasumber alias yang akan diwawancarai, kadang meyebalkan. Udah janji, eh... molor, dan kita dituntut kudu sabar. Belum lagi tiba-tiba mendadak batalin janji wawancara.
Hah....... bikin sebel.
Tapi walau gitu, ternyata aku tetap menyukai dunia wartawan. Kadang aku merasa tertantang untuk menaklukkan kesulitan yang aku temui.
Apalagi sebagai seorang perempuan, Ibuku sering mewanti-wanti aku "Nak, kamu tuh jaga diri baik-baik. Ibu khawatir ama dirimu," itu kata ibuku. Aku jadi ingat, pernah kejadian saking sibuknya aku sempat lupa nelpon pulang, kalau aku terlambat pulang ke rumah.
Ibuku menelpon aku dengan suara gemetaran. Ya, ampun aku baru sadar udah jam 9 malam, sedangkan aku berangkat dari rumah jam 7 pagi hingga kini belum kasi kabar ke rumah.
Maklumlah aku satu-satunya anak perempuan di rumah.
Ha...ha...ha.. ya begitulah kadang aku lupa waktu, saking asiknya.
Ya, disamping susahnya, banyak enaknya juga.
Tiap hari ketemu orang baru dan ketemu public figure, seperti pejabat, dan artis.
masuk hotel gratis, makan gratis, tapi pulangnya bayar. Ha..ha..ha...
Sebenarnya duul waktu kecil, aku gak pernah kepikiran jadi wartawan.
malah aku ingin jadi guru, bisa ngasi tahu orang, dan bikin orang lain jadi pintar.
Eh... karang malah jadi wartawan.
Tapi aku pikir sama saja, kan bikin pembaca jadi pintar. Sama saja kan????
Banyak suka, duka yang aku alami. Tapi aku tetap menikmati, karena apapun yang kita lakukan selalu ada riskonya. Yang penting kita lakukan dengan benar dan bertanggung jawab.
Yah, udah malam nih, aku mesti istirahat dulu. Sekedar celoteh untuk memotivasi semangatku bekerja.
Minggu, 10 Februari 2008
Tips Menggunakan Kartu Kredit dengan Bijak
KARTU kredit bagai pisau bermata dua. Jika digunakan secara bijaksana dan disiplin, akan banyak gunanya. Tapi bisa mencelakakan kalau digunakan secara kurang hati-hati, tak terkontrol. Menurut Buku 333 Tips Solusi Hemat Anggaran Keluarga karya Undang H. Halim beberapa hal yang perlu diperhatikan :
- Bayarlah cicilan kredit dengan jumlah lebih besar dari pembayaran minimumnya untuk mengurangi beban bunga kredit Anda. Idealnya, bayarlah tagihan utang kartu kredit Anda setiap bulan setelah berbelanja. Bila Anda membayarnya masih dalam grace period (periode antara penggunaan kartu kredit dan jatuh tempo tagihan; antara 25 sd 30 hari), maka Anda akan terbebas dari biaya bunga.
- Sebaiknya Anda cukup memiliki satu buah kartu kredit saja. Kalau Anda memiliki bisnis, mungkin cukup berguna kalau memiliki lebih dari satu kartu.
- Bawalah kartu kredit hanya jika Anda telah berencana untuk berbelanja atau melakukan transaksi. Hal ini mengurangi resiko belanja tanpa perencanaan atau risiko kehilangan dompet Anda.
- Jangan terlambat membayar tagihan. Jika Anda terlambat membayar tagihan, Anda bisa kaget bila mengetahui dendanya. Jangan membiasakan punya saldo utang tiap saat dari bulan ke bulan. Saldo utang akan terus terbebani bunga yang sifatnya bunga berbunga. Bila pemakaian Anda tak terlalu besar, lunaskanlah dulu.
- Jangan menunda klaim. Periksalah laporan kredit Anda setiap bulan. Bila ada angka yang meragukan, tak dikenal, segera adukan ke perusahaan pengelolanya. Jangan ditunda-tunda. Jangan sampai kena blokir.
- Buatlah anggaran pengeluaran yang ketat. Berusahalah sekuat mungkin untuk membayar semua utang Anda dengan benar. Janganlah sampai nama Anda diblokir dan dideretkan dalam black list. Sekali Anda masuk ke dalam daftar hitam, Anda akan sangat sulit mendapatkan kartu kredit atau mendapat pinjaman dari perusahaan lainnya. -ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 475, 10-16 Februari 2008
Asuransi Plus Minus
ASURANSI menjadi momok negatif di mata masyarakat. Saat pertama menawarkan, petugas asuransi berusaha merayu calon nasabah, ketika terjadi masalah dan ingin menarik uang kembali sangat sulit dan proses yang berbelit-belit dan merugikan konsumen. Banyak kasus tak sedap menimpa konsumen asuransi. Walau dicap miring toh ansuransi tetap menjadi pilihan berinvestasi karena memiliki keuntungan dan proteksi masa depan. Berikut penuturan dua ibu rumah tangga di Denpasar.
Luh Gede Susilawati misalnya. Perempuan usai 41 tahun ini sudah menjadi nasabah asuransi selama 15 tahun. Ia mengikutsertakan semua anggota keluarganya masuk asuransi. Porgram dana siswa, kematian dan hari tua menjadi pilihannya. Dari penuturannya dia mempunyai kisah unik sebelum menjadi nasabah asuransi.
Menurut isteri Wayan Deker Senapati ini ayah mertuanya sudah mengikuti program asuransi sejak dulu. Ia memilih program Hari Tua dengan jatuh tempo 20 tahun, dengan pembayaran tiap tahun.
Ketika kontrak selesai ayah mertuanya lupa. “Saat kontrak selesai, mertua saya lupa sebagai nasabah asuransi dan polisnya lupa ditaruh dimana. Tiba-tiba suatu ketika petugas asuransi datang dan membawakan uang pertanggungan ke rumahnya,” tuturnya.
Tentu saja, hal itu membuat Susilawati dan keluarganya terkejut. Dalam benak Susilawati tumbuh keinginan untuk ikut bergabung menjadi nasabah asuransi. Melihat pelayanannya yang bagus. “Kejadian itu membuat saya surprise,” akunya sambil tertawa.
Sejak itu, Susilawati tertarik mengikuti beberapa program asuransi yang ditawarkan. Bahkan ia juga mencoba ikut asuransi di perusahaan asuransi lainnya.
Untuk pembayaran, ia memilih langsung datang mneyetor ke kantor. Baginya, tindakan itu dilakukan karena ia pernah mendengar ada karyawan asuransi yang melarikan uang nasabah. “Biar aman dan tenang saya setor ke kantor saja,” ujar ibu 4 anak ini.
Susilawati memilih pembayaran tiap tahun karena menurutnya lebih murah.
Ia mengakui keuntungan menjadi nasabah asuransi ada uang untuk warisan masa depan. “Jika nanti meninggal ada warisan untuk anak-anak, jika diberi umur panjang bisa dinikmati,” tuturnya.
Baginya asuransi adalah produk investasi yang memiliki proteksi. Artinya, jika terjadi sesuatu padanya, kecelakaan, ataupun kematian produk investasi tetap bisa digunakan dan menguntungkan.
Namun, walau baginya asuransi memberi banyak keuntungan, ia sempat mengalami hal yang tidak menggenakan sekaligus merugikan.
Di salah satu perusahaan asuransi ia mengikuti program Dana Siswa dan Hari Tua. Sebelum menjadi nasabahnya, ia mencari tahu tentang perusahaan asuransi tersebut. “Perusahannya besar dan kantor cabangnya ada di semua provinsi di Indonesia. Saya juga tahu siapa pemiliknya dan izin resminya,” akunya.
Tapi apa dikata, walaupun ia sudah teliti memilih, perusahaan asuransi tadi bangkrut disaat kontrak sudah selesai. Ia hanya bisa gigit jari mendengar penjelasan pihak perusahaan, dan uang pertanggungan tidak ada kejelasan. “Padahal saya mestinya menerima 30 juta tahun 2008 ini. Saya ingin marah tapi salahkan siapa, kalau dipikirkan terus bisa stres nanti. Jadi tidak bisa diprediksi, walaupun perusahaan besar tidak menjamin kenyamanan nasabah,” kata Susilawati.
Ia mengaku juga malu dengan keluarga lainnya karena telah merekomendasikan asuransi tersebut.
Namun, walau kejadian buruk pernah dialaminya, ia mengaku tidak kapok ikut asuransi. Baginya asuransi tetap menguntungkan karena memiliki proteksi di masa depan.
Lain lagi penuturan Sukaratri, perempuan usia 44 tahun ini.
Perempuan yang akrab disapa Ibu Ayu ini menyayangkan petugas asuransi kerap memaksa calon konsumen. “Mereka merayu dengan segala cara sampai konsumen tertarik tapi setelah itu pelayanannya kurang baik,” ujar ibu dua anak ini.
Ia mengalami kejadian tidak menggenakan itu.
Saking gigihnya petugas asuransi datang ke rumah Ibu Ayu dan menceritakan keuntungan yang didapat, pemilik salon ini menjadi tertarik. Toh ia berpikir untuk masa depan kedua anaknya. Ia mencoba mengikuti program dana siswa tri wulan, dan membayar Rp 500.000 tiap tiga bulan. Pembayaran ditagih petugas asuransi ke rumahnya.
Setelah tiga kali membayar, usaha salonnya macet. Ibu Ayu tidak punya dana lebih untuk membayar cicilan asuransi. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti saja. Setelah setahun ia mencoba datang ke kantor asuransi menanyakan perihal uang yang sudah disetornya. Ia ingin menariknya kembali.
Namun jawaban yang diterimanya dari petugas asuransi sangat mengejutkan. Polisnya dinyatakan hangus karena tidak membayar sampai empat kali cicilan dalam setahun, sehingga tidak bisa ditarik.
Tentu saja Ibu Ayu berang, karena saat pertamakali masuk asuransi, petugas tidak pernah menjelaskan secara detil hal itu. Ia hanya tahu uang bisa ditarik kembali jika diperlukan.
“Saya merasa dibohongin. Saat pertama datang, petugas asuransi berusaha merayu-rayu dan memaksa dengan cerita yang manis, sampai akhirnya saya tertarik. Saya rugi 1 ½ juta. Uang sebanyak itu sangat berarti bagi saya,” tuturnya.
Sejak saat itu, ia tidak percaya lagi dengan asuransi. Hatinya sudah dongkol dengan kejadian yang pernah menimpanya itu. –ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 475, 10-16 Februari 2008
Luh Gede Susilawati misalnya. Perempuan usai 41 tahun ini sudah menjadi nasabah asuransi selama 15 tahun. Ia mengikutsertakan semua anggota keluarganya masuk asuransi. Porgram dana siswa, kematian dan hari tua menjadi pilihannya. Dari penuturannya dia mempunyai kisah unik sebelum menjadi nasabah asuransi.
Menurut isteri Wayan Deker Senapati ini ayah mertuanya sudah mengikuti program asuransi sejak dulu. Ia memilih program Hari Tua dengan jatuh tempo 20 tahun, dengan pembayaran tiap tahun.
Ketika kontrak selesai ayah mertuanya lupa. “Saat kontrak selesai, mertua saya lupa sebagai nasabah asuransi dan polisnya lupa ditaruh dimana. Tiba-tiba suatu ketika petugas asuransi datang dan membawakan uang pertanggungan ke rumahnya,” tuturnya.
Tentu saja, hal itu membuat Susilawati dan keluarganya terkejut. Dalam benak Susilawati tumbuh keinginan untuk ikut bergabung menjadi nasabah asuransi. Melihat pelayanannya yang bagus. “Kejadian itu membuat saya surprise,” akunya sambil tertawa.
Sejak itu, Susilawati tertarik mengikuti beberapa program asuransi yang ditawarkan. Bahkan ia juga mencoba ikut asuransi di perusahaan asuransi lainnya.
Untuk pembayaran, ia memilih langsung datang mneyetor ke kantor. Baginya, tindakan itu dilakukan karena ia pernah mendengar ada karyawan asuransi yang melarikan uang nasabah. “Biar aman dan tenang saya setor ke kantor saja,” ujar ibu 4 anak ini.
Susilawati memilih pembayaran tiap tahun karena menurutnya lebih murah.
Ia mengakui keuntungan menjadi nasabah asuransi ada uang untuk warisan masa depan. “Jika nanti meninggal ada warisan untuk anak-anak, jika diberi umur panjang bisa dinikmati,” tuturnya.
Baginya asuransi adalah produk investasi yang memiliki proteksi. Artinya, jika terjadi sesuatu padanya, kecelakaan, ataupun kematian produk investasi tetap bisa digunakan dan menguntungkan.
Namun, walau baginya asuransi memberi banyak keuntungan, ia sempat mengalami hal yang tidak menggenakan sekaligus merugikan.
Di salah satu perusahaan asuransi ia mengikuti program Dana Siswa dan Hari Tua. Sebelum menjadi nasabahnya, ia mencari tahu tentang perusahaan asuransi tersebut. “Perusahannya besar dan kantor cabangnya ada di semua provinsi di Indonesia. Saya juga tahu siapa pemiliknya dan izin resminya,” akunya.
Tapi apa dikata, walaupun ia sudah teliti memilih, perusahaan asuransi tadi bangkrut disaat kontrak sudah selesai. Ia hanya bisa gigit jari mendengar penjelasan pihak perusahaan, dan uang pertanggungan tidak ada kejelasan. “Padahal saya mestinya menerima 30 juta tahun 2008 ini. Saya ingin marah tapi salahkan siapa, kalau dipikirkan terus bisa stres nanti. Jadi tidak bisa diprediksi, walaupun perusahaan besar tidak menjamin kenyamanan nasabah,” kata Susilawati.
Ia mengaku juga malu dengan keluarga lainnya karena telah merekomendasikan asuransi tersebut.
Namun, walau kejadian buruk pernah dialaminya, ia mengaku tidak kapok ikut asuransi. Baginya asuransi tetap menguntungkan karena memiliki proteksi di masa depan.
Lain lagi penuturan Sukaratri, perempuan usia 44 tahun ini.
Perempuan yang akrab disapa Ibu Ayu ini menyayangkan petugas asuransi kerap memaksa calon konsumen. “Mereka merayu dengan segala cara sampai konsumen tertarik tapi setelah itu pelayanannya kurang baik,” ujar ibu dua anak ini.
Ia mengalami kejadian tidak menggenakan itu.
Saking gigihnya petugas asuransi datang ke rumah Ibu Ayu dan menceritakan keuntungan yang didapat, pemilik salon ini menjadi tertarik. Toh ia berpikir untuk masa depan kedua anaknya. Ia mencoba mengikuti program dana siswa tri wulan, dan membayar Rp 500.000 tiap tiga bulan. Pembayaran ditagih petugas asuransi ke rumahnya.
Setelah tiga kali membayar, usaha salonnya macet. Ibu Ayu tidak punya dana lebih untuk membayar cicilan asuransi. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti saja. Setelah setahun ia mencoba datang ke kantor asuransi menanyakan perihal uang yang sudah disetornya. Ia ingin menariknya kembali.
Namun jawaban yang diterimanya dari petugas asuransi sangat mengejutkan. Polisnya dinyatakan hangus karena tidak membayar sampai empat kali cicilan dalam setahun, sehingga tidak bisa ditarik.
Tentu saja Ibu Ayu berang, karena saat pertamakali masuk asuransi, petugas tidak pernah menjelaskan secara detil hal itu. Ia hanya tahu uang bisa ditarik kembali jika diperlukan.
“Saya merasa dibohongin. Saat pertama datang, petugas asuransi berusaha merayu-rayu dan memaksa dengan cerita yang manis, sampai akhirnya saya tertarik. Saya rugi 1 ½ juta. Uang sebanyak itu sangat berarti bagi saya,” tuturnya.
Sejak saat itu, ia tidak percaya lagi dengan asuransi. Hatinya sudah dongkol dengan kejadian yang pernah menimpanya itu. –ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 475, 10-16 Februari 2008
Minggu, 03 Februari 2008
Perayaan Imlek 2559
HARI Raya Imlek 2559 (7/2) menjadi perhatian serius warga Tionghoa di Bali. Sekitar 30 organisasi akan mengadakan malam apresiasi seni budaya Minggu (10/2) pukul 18.00 di Taman Budaya Art Center, Denpasar.
Menurut Ketua INTI (Indonesia Tionghoa) Bali Cahaya Wirawan Hadi, kegiatan ini sebagai komitmen dan kebersamaan dalam menjaga persaudaraan dan kerukunan warga Tionghoa di Bali. “Dalam tiap perayaan Imlek kami tetap menekankan nilai-nilai kesadaran dan kepedulian terhadap masalah sosial kemasyarakatan di Bali,” katanya.
Untuk itu, kata Hadi, kegiatan yang digagas ini sebagai wujud rasa syukur dan partisipasi dengan melestarikan alam berupa penanaman 10 ribu pohon di seluruh Bali. “Diharapkan nanti pelaksanaannya dapat difasilitasi oleh bupati dan walikota setempat,” ujarnya.
Pagelaran seni dan budaya ini menonjolkan nilai-nilai nasionalisme, kebhinekaan, semangat pembauran dan manyama brama warga Tionghoa di Bali. Acara juga akan diisi penyerahan bantuan kepada veteran, dan masyarakat Tionghoa yang kurang mampu.
Pementasan musikalisasi puisi oleh penyair Tionghoa Tan Lio Ie, seorang penyair Tionghoa yang telah melanglang buana.
Paduan suara melibatkan 30 organisasi Tionghoa membawakan lagu Indonesia, Bali dan Mandarin. 100 anak usia 5-12 tahun menari Puspanjali.
Dalam acara ini Ketua Panitia Imlek Anom akan membagikan 2 sepeda motor, handphone dan hadiah menarik lainnya kepada para undangan. Hadiah ini merupakan hung pao INTI Bali yang berulang tahun ke-1 (27/1) yang lalu. -ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh edisi 474, 3-9 Februari 2008
Menurut Ketua INTI (Indonesia Tionghoa) Bali Cahaya Wirawan Hadi, kegiatan ini sebagai komitmen dan kebersamaan dalam menjaga persaudaraan dan kerukunan warga Tionghoa di Bali. “Dalam tiap perayaan Imlek kami tetap menekankan nilai-nilai kesadaran dan kepedulian terhadap masalah sosial kemasyarakatan di Bali,” katanya.
Untuk itu, kata Hadi, kegiatan yang digagas ini sebagai wujud rasa syukur dan partisipasi dengan melestarikan alam berupa penanaman 10 ribu pohon di seluruh Bali. “Diharapkan nanti pelaksanaannya dapat difasilitasi oleh bupati dan walikota setempat,” ujarnya.
Pagelaran seni dan budaya ini menonjolkan nilai-nilai nasionalisme, kebhinekaan, semangat pembauran dan manyama brama warga Tionghoa di Bali. Acara juga akan diisi penyerahan bantuan kepada veteran, dan masyarakat Tionghoa yang kurang mampu.
Pementasan musikalisasi puisi oleh penyair Tionghoa Tan Lio Ie, seorang penyair Tionghoa yang telah melanglang buana.
Paduan suara melibatkan 30 organisasi Tionghoa membawakan lagu Indonesia, Bali dan Mandarin. 100 anak usia 5-12 tahun menari Puspanjali.
Dalam acara ini Ketua Panitia Imlek Anom akan membagikan 2 sepeda motor, handphone dan hadiah menarik lainnya kepada para undangan. Hadiah ini merupakan hung pao INTI Bali yang berulang tahun ke-1 (27/1) yang lalu. -ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh edisi 474, 3-9 Februari 2008
Nyeri Haid Akibatkan Endometriosis
DYSMENORRHEA atau biasa dikenal nyeri haid adalah nyeri perut kram yang terjadi selama menstruasi. Penelitian mengatakan 35% wanita subur mengalami nyeri haid, dan 10-15% membuktikan keluhan haid menurunkan kinerja produktif.
Demikian diungkapkan dr. Wayan Kesumadana, Sp.OG dalam Seminar Waspadai Nyeri Haid, Sabtu (26/1) di RS Kasih Ibu Denpasar.
Ia mengatakan nyeri haid bukan suatu penyakit tapi gejala. Beratnya keluhan nyeri haid sangat bervariasi dari satu wanita dengan yang lainnya, dan dari waktu ke waktu. Biasanya rasa nyeri akan berkurang setelah melahirkan. “Derajat nyeri ada yang ringan, hilang timbul, terutama saat beraktifitas sehari-hari, akan hilang bila tidur. Nyeri berat jika nyeri terus menerus tidak bisa tidur dan sangat mengganggu. Nyeri seperti ini patut diwaspadai,” ujar lelaki kelahiran Gianyar, 9 Maret 1965 ini.
Direktur RS Kasih Ibu Denpasar ini menyebutkan nyeri haid dibedakan dua jenis, primer dan sekunder. Primer bila tidak ada faktor yang jelas, tidak ada kelainan makroskopik pelvik dan kejadiannya pada tahun pertama pada awal pubertas. “Biasanya gejala tersebut terjadi pada wanita usia produktif, dan 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama, dan pada wanita yang belum pernah hamil.
Nyeri haid primer disebabkan karena efek produksi prostaglandin yang berlebihan, faktor kejiwaan, stres, maupun kurang olah raga,” jelasnya.
Prostaglandin, kata dia, adalah hormon yang menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi. “Terjadinya kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin akan merangsang rasa nyeri di saat datang bulan dan merupakan pemicu terjadinya nyeri haid pada kaum wanita,” paparnya.
Nyeri haid primer lebih disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan hormon,
dan ditemukan paling banyak sekitar 50% dan menjadi berat antara 5-15%. Katagori berat kata dia, apabila mempengaruhi aktifitas sehari-hari.
Nyeri haid sekunder ditemukan lebih sedikit yakni sekitar 25% dari keseluruhan wanita yang mengalami nyeri haid.
Ia mengatakan penyebab nyeri haid sekunder antara lain kemungkinan mengidap endometriosis, mioma, sumbatan leher rahim, infeksi kandungan, tumor, atau yang lainnya. Biasanya menyerang usia 30-45 tahun.
Untuk memastikan penyebab nyeri haid sekunder, Dokter Kesumadana menyarankan pemeriksaan kandungan, seperti USG dan laparoskopi yaitu pemeriksaan dengan cara meneropong langsung ruang perut bagian kandungan.
Endometriosis adalah tumbuhnya lapisan rahim di tempat lain dalam tubuh atau di luar dinding rahim (endometrium), dengan keluhan utamanya adalah rasa nyeri setiap kali haid. “Mereka yang menderita endometriosis akan mengalami nyeri di bagian perut pada saat haid,” katanya.
Menurutnya endometriosis terjadi karena adanya kelenjar endometrium yang normalnya ada di rongga rahim, tapi justru berpindah tempat.
Ia mengatakan ada yang menyelusup ke dalam otot-otot rahim, bahkan berpindah ke tempat lain, seperti rongga panggul, paru-paru, rongga mata, bahkan ke otak. Untuk yang ke rongga panggul, maka endometriosis itu yang menyebabkan terjadinya ketidaksuburan bagi wanita.
Jika kelenjar endometrium tersebut masuk ke paru-paru, maka yang bersangkutan jika dalam keadaan batuk-batuk pada saat menstruasi, dahaknya akan bercampur darah.
Dengan alat laparoskopi dapat melihat ke dalam sebuah lubang kecil adanya sarang endometriosis dan membersihkan sarang-sarang endometriosis yang ada.
Penyebab endometriosis kata dia, belum jelas. Bisa genetik, lingkungan, maupun sistem kekebalan tubuhnya. Namun efeknya, bisa sulit punya anak.
Wanita yang mengalami gejala nyeri haid kata dia, sangat tergantung pada ada tidaknya kelainan. Namun, secara medis dapat dilakukan dengan pengobatan. Tapi, jika sudah mengalaminya, ada obat yang disarankan untuk dikonsumsi.
Menurutnya obat itu bukan untuk menyembuhkan, tapi hanya untuk menekan atau membuat orang tidak menstruasi atau tidak hamil.
Ia menganjurkan tiap wanita sebaiknya menjalankan pola hidup sehat, menjaga makanan dengan gizi yang seimbang, olahraga teratur, cukup istirahat, dan tidak stress. –ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 474, 3-9 Februari 2008
Demikian diungkapkan dr. Wayan Kesumadana, Sp.OG dalam Seminar Waspadai Nyeri Haid, Sabtu (26/1) di RS Kasih Ibu Denpasar.
Ia mengatakan nyeri haid bukan suatu penyakit tapi gejala. Beratnya keluhan nyeri haid sangat bervariasi dari satu wanita dengan yang lainnya, dan dari waktu ke waktu. Biasanya rasa nyeri akan berkurang setelah melahirkan. “Derajat nyeri ada yang ringan, hilang timbul, terutama saat beraktifitas sehari-hari, akan hilang bila tidur. Nyeri berat jika nyeri terus menerus tidak bisa tidur dan sangat mengganggu. Nyeri seperti ini patut diwaspadai,” ujar lelaki kelahiran Gianyar, 9 Maret 1965 ini.
Direktur RS Kasih Ibu Denpasar ini menyebutkan nyeri haid dibedakan dua jenis, primer dan sekunder. Primer bila tidak ada faktor yang jelas, tidak ada kelainan makroskopik pelvik dan kejadiannya pada tahun pertama pada awal pubertas. “Biasanya gejala tersebut terjadi pada wanita usia produktif, dan 3-5 tahun setelah mengalami haid pertama, dan pada wanita yang belum pernah hamil.
Nyeri haid primer disebabkan karena efek produksi prostaglandin yang berlebihan, faktor kejiwaan, stres, maupun kurang olah raga,” jelasnya.
Prostaglandin, kata dia, adalah hormon yang menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi. “Terjadinya kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin akan merangsang rasa nyeri di saat datang bulan dan merupakan pemicu terjadinya nyeri haid pada kaum wanita,” paparnya.
Nyeri haid primer lebih disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan hormon,
dan ditemukan paling banyak sekitar 50% dan menjadi berat antara 5-15%. Katagori berat kata dia, apabila mempengaruhi aktifitas sehari-hari.
Nyeri haid sekunder ditemukan lebih sedikit yakni sekitar 25% dari keseluruhan wanita yang mengalami nyeri haid.
Ia mengatakan penyebab nyeri haid sekunder antara lain kemungkinan mengidap endometriosis, mioma, sumbatan leher rahim, infeksi kandungan, tumor, atau yang lainnya. Biasanya menyerang usia 30-45 tahun.
Untuk memastikan penyebab nyeri haid sekunder, Dokter Kesumadana menyarankan pemeriksaan kandungan, seperti USG dan laparoskopi yaitu pemeriksaan dengan cara meneropong langsung ruang perut bagian kandungan.
Endometriosis adalah tumbuhnya lapisan rahim di tempat lain dalam tubuh atau di luar dinding rahim (endometrium), dengan keluhan utamanya adalah rasa nyeri setiap kali haid. “Mereka yang menderita endometriosis akan mengalami nyeri di bagian perut pada saat haid,” katanya.
Menurutnya endometriosis terjadi karena adanya kelenjar endometrium yang normalnya ada di rongga rahim, tapi justru berpindah tempat.
Ia mengatakan ada yang menyelusup ke dalam otot-otot rahim, bahkan berpindah ke tempat lain, seperti rongga panggul, paru-paru, rongga mata, bahkan ke otak. Untuk yang ke rongga panggul, maka endometriosis itu yang menyebabkan terjadinya ketidaksuburan bagi wanita.
Jika kelenjar endometrium tersebut masuk ke paru-paru, maka yang bersangkutan jika dalam keadaan batuk-batuk pada saat menstruasi, dahaknya akan bercampur darah.
Dengan alat laparoskopi dapat melihat ke dalam sebuah lubang kecil adanya sarang endometriosis dan membersihkan sarang-sarang endometriosis yang ada.
Penyebab endometriosis kata dia, belum jelas. Bisa genetik, lingkungan, maupun sistem kekebalan tubuhnya. Namun efeknya, bisa sulit punya anak.
Wanita yang mengalami gejala nyeri haid kata dia, sangat tergantung pada ada tidaknya kelainan. Namun, secara medis dapat dilakukan dengan pengobatan. Tapi, jika sudah mengalaminya, ada obat yang disarankan untuk dikonsumsi.
Menurutnya obat itu bukan untuk menyembuhkan, tapi hanya untuk menekan atau membuat orang tidak menstruasi atau tidak hamil.
Ia menganjurkan tiap wanita sebaiknya menjalankan pola hidup sehat, menjaga makanan dengan gizi yang seimbang, olahraga teratur, cukup istirahat, dan tidak stress. –ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 474, 3-9 Februari 2008
Tips Mencegah Penyebaran Penyakit Infeksi
Beberapa kiat yang perlu diperhatikan agar terhindar penyakit infeksi :
- Sering mencuci tangan sebelum dan sesudah mempersiapkan makanan, sebelum dan setelah ke toilet.
- Vaksinasi, imunisasi dapat mengurangi risiko terhadap penyakit. Pastikan anak Anda mengikuti jadwal vaksinasi dengan baik.
- Bijaksana mengunakan antibiotik. Minum antibitoik sesuai resep dokter dan patuhi aturannya. Lakukan seks dengan aman. Gunakan kondom jika Anda atau pasangan memiliki risiko penyakit menular seksual atau kebiasaan berisiko tinggi.
Bepergian secara bijak. Jangan naik pesawat jika Anda sakit. Dengan banyak orang dalam ruangan kecil, anda dapat menginfeksi penumpang lainnya di pesawat dan perjalanan tidak nyaman. - Jangan berbagi barang pribadi, seperti sikat gigi, sisir, dan alat cukur sendiri.
Jagalah kesehatan hewan peliharaan. Bawalah hewan peliharaaan ke dokter hewan untuk perawatan rutin. Jagalah areal hidup hewan Anda dengan bersih.. - Perhatikan agar selalu membersihkan zona panas di rumah Anda seperti dapur dan kamar mandi. Dua ruangan ini dapat memiliki konsentrasi bakteri yang tinggi.
Sumber :
Info Sehat RS Kasih Ibu Denpasar
Sudah dimuat di KOran Tokoh, Edisi 474, 3-9 Februari 2008
Mengutamakan Semangat Manyama Braya
HUBUNGAN baik antara masyarakat Bali dan warga Tionghoa terjalin sejak lama. Pembauran bisa dilihat dari berbagai segi seperti tempat pemujaan, kesenian, adat istiadat, arsitektur, maupun alat pertanian. Demikian diungkapkan Budayawan Tionghoa Wirya Subrata.
Lelaki usia 67 tahun ini mengatakan berdasarkan lontar diperkirakan warga Tionghoa sudah ada sejak tahun 616. Karena terjadi perang dan bencana alam, warga Tionghoa mencari kehidupan dunia luar. “Mereka mulai menyeberang ke Vietnam, Malaka akhirnya tiba di Indonesia. Sebagai warga Tionghoa mereka memiliki sifat dasar ulet, tahan banting, rajin bekerja, punya toleransi dan tidak punya sifat menjajah. Karena sifat itu, masyarakat Bali mudah menerima mereka,” ujar Wirya.
Pembauran budaya Tionghoa dengan budaya Bali ini kata dia, tertulis dalam beberapa lontar yang mengisahkan hubungan yang baik terjalin sejak dulu.
Dalam babad Dalem Balingkang diceritakan seorang saudagar yang bermarga Kang dan putrinya Kang Cin Wie pergi berlayar ke Asia Tenggara untuk berdagang.
Namun, badai menerjang kapal mereka akhirnya ia bersama putrinya terdampar di Bali.
Saat itu tahun 1177 berkuasa Raja Sri Jaya Pangus yang terpesona dengan kecantikan Putri Kang Cin Wie dan kemudian mempersuntingnya.
“Sebagai syaratnya, Kang Cin Wie meminta Raja Sri Jaya Pangus memotong gigi taringnya hingga rata dengan tujuan menghilangkan semua sifat buruknya dan penggunaan pis bolong untuk upacara,” ujar Wirya.
Setelah menikah banyak masalah yang terjadi lantaran banyak orang tidak merestui pernikahan itu. Karena terjadi badai, Raja Sri Jaya Pangus dan Kang Cin Wie melarikan diri membuat istana baru di Balingkang yang artinya Bali dengan marga Kang. Mereka hidup berbahagia sampai akhir hayatnya.
“Masyarakat Bali mengenang mereka dengan simbul barong landung yang selalu berdampingan yakni seorang raja berwajah hitam dan putri warga Tionghoa berwajah cantik dan keibuan,” katanya.
Ia menilai kisah cinta Raja Sri Jaya Pangus dengan Kang Cing Wie telah membuktikan bahwa keluhuran budi dan ketulusan cinta sanggup mengatasi semua perbedaan.
Menurut Wirya kisah lain yang menceritakan pembauran budaya Tionghoa dengan budaya Bali terlihat dari keberadaan tempat pemujaan Ratu Gede Ngurah Subandar di Pura Batur. Ia memperkirakan, saat itu antara tahun 1405-1433, armada Cheng He dari kerajaan Ming datang ke Asia Tenggara dan sampai di Bali.
Cong Pho Kong, kepala rumah tangga di armada Cheng He ini diterima raja Bali saat itu dengan baik.
Dengan kemampuan di bidang ketatanegaraan, bea cukai, logistik, dan pertahanan, ia dipercaya menjadi panasihat raja.
Dalam bidang militer ia mengajarkan cara berperang yang baik mapun siasat ampuh. Hal ini bisa dilihat sekarang dengan adanya tarian baris Cina, dan baris tumbak. Atas keberhasilannya dalam ilmu ketatanegaraan, kerajaan menjadi makmur dan sejahtera.
Atas jasanya itu dibangunlah tempat pemujaan terhadap Cong Pho Kong yang kemudian bergelar Ratu Gede Ngurah Subandar di areal Pura Batur, Kintamani. Sampai kini masyarakat menyakini pemujaan terhadap Ratu Gede Ngurah Subandar di Pura Batur mendatangkan rezeki dan kemakmuran.
Pembauran Tionghoa dan Bali juga bisa dilihat dari nama tempat seperti
Desa Songan yang berasal dari kata Siongan artinya selalu aman. Desa Langgan dari kata Lam An artinya selatan yang aman.
“Banyak warga Tionghoa di Bali memakai nama Bali seperti I Putu, I Made, ataupun I Nyoman. Beberapa daerah di Bali banyak dihuni warga Tionghoa seperti Desa Kembang Sari, dan Penginyam, di Buleleng dan Desa Langgan, dan Lampu di Kintamani.
Kesamaan lain bisa dilihat dari masing-masing rumah warga Tionghoa terdapat pemujaan Jero Gede, padmasana dan saat pemujaan di klenteng memakai sarana canang.
Pembauran masyarakat Tionghoa dengan warga Bali juga menyangkut alat pertanian maupun arsitektur bangunan seperti ukiran patra Cina.
Dalam bidang pengobatan tradisional sama-sama menggunakan sarana tumbuh-tumbuhan, dan pemijatan.
Dalam upacara ngaben, masyarakat Bali menggunakan bade, sementara warga Tionghoa membuat rumah cho kong tik saat ada keluarga meninggal.
Tujuannya untuk penghormatan pada leluhur, yang kemudian juga dibakar.
Kisah lain yang dituturkan Wirya, berdirinya Klenteng di Pelabuhan Benoa.
Ada seorang wanita cantik yang pandai berenang yang bernama Ma Co. Jika ada nelayan yang mendapat masalah di laut, ia dengan senang hati menolong Sampai akhirnya ia meninggal di usia 27 tahun.
“Walau sudah meninggal, nelayan yang melaut kerap melihat bayangan Ma Co di lautan. Jika mereka menemui bahaya selalu menyebut nama Ma Co agar terlindung dari mara bahaya,” jelas Wirya.
Untuk mengenang jasanya kata dia, dibangunlah sebuah klenteng di dekat Pelabuhan Benoa.
Wirya menilai warga Tionghoa selalu mengutamakan semangat menyama braya dengan orang Bali. Pembauran budaya Tionghoa dengan budaya Bali yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat, kata dia, dapat memperkokoh serta memperkuat kehidupan seni budaya Bali yang diwarisi secara turun temurun. -ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh Edisi 474, 3-9 Februari 2008
Lelaki usia 67 tahun ini mengatakan berdasarkan lontar diperkirakan warga Tionghoa sudah ada sejak tahun 616. Karena terjadi perang dan bencana alam, warga Tionghoa mencari kehidupan dunia luar. “Mereka mulai menyeberang ke Vietnam, Malaka akhirnya tiba di Indonesia. Sebagai warga Tionghoa mereka memiliki sifat dasar ulet, tahan banting, rajin bekerja, punya toleransi dan tidak punya sifat menjajah. Karena sifat itu, masyarakat Bali mudah menerima mereka,” ujar Wirya.
Pembauran budaya Tionghoa dengan budaya Bali ini kata dia, tertulis dalam beberapa lontar yang mengisahkan hubungan yang baik terjalin sejak dulu.
Dalam babad Dalem Balingkang diceritakan seorang saudagar yang bermarga Kang dan putrinya Kang Cin Wie pergi berlayar ke Asia Tenggara untuk berdagang.
Namun, badai menerjang kapal mereka akhirnya ia bersama putrinya terdampar di Bali.
Saat itu tahun 1177 berkuasa Raja Sri Jaya Pangus yang terpesona dengan kecantikan Putri Kang Cin Wie dan kemudian mempersuntingnya.
“Sebagai syaratnya, Kang Cin Wie meminta Raja Sri Jaya Pangus memotong gigi taringnya hingga rata dengan tujuan menghilangkan semua sifat buruknya dan penggunaan pis bolong untuk upacara,” ujar Wirya.
Setelah menikah banyak masalah yang terjadi lantaran banyak orang tidak merestui pernikahan itu. Karena terjadi badai, Raja Sri Jaya Pangus dan Kang Cin Wie melarikan diri membuat istana baru di Balingkang yang artinya Bali dengan marga Kang. Mereka hidup berbahagia sampai akhir hayatnya.
“Masyarakat Bali mengenang mereka dengan simbul barong landung yang selalu berdampingan yakni seorang raja berwajah hitam dan putri warga Tionghoa berwajah cantik dan keibuan,” katanya.
Ia menilai kisah cinta Raja Sri Jaya Pangus dengan Kang Cing Wie telah membuktikan bahwa keluhuran budi dan ketulusan cinta sanggup mengatasi semua perbedaan.
Menurut Wirya kisah lain yang menceritakan pembauran budaya Tionghoa dengan budaya Bali terlihat dari keberadaan tempat pemujaan Ratu Gede Ngurah Subandar di Pura Batur. Ia memperkirakan, saat itu antara tahun 1405-1433, armada Cheng He dari kerajaan Ming datang ke Asia Tenggara dan sampai di Bali.
Cong Pho Kong, kepala rumah tangga di armada Cheng He ini diterima raja Bali saat itu dengan baik.
Dengan kemampuan di bidang ketatanegaraan, bea cukai, logistik, dan pertahanan, ia dipercaya menjadi panasihat raja.
Dalam bidang militer ia mengajarkan cara berperang yang baik mapun siasat ampuh. Hal ini bisa dilihat sekarang dengan adanya tarian baris Cina, dan baris tumbak. Atas keberhasilannya dalam ilmu ketatanegaraan, kerajaan menjadi makmur dan sejahtera.
Atas jasanya itu dibangunlah tempat pemujaan terhadap Cong Pho Kong yang kemudian bergelar Ratu Gede Ngurah Subandar di areal Pura Batur, Kintamani. Sampai kini masyarakat menyakini pemujaan terhadap Ratu Gede Ngurah Subandar di Pura Batur mendatangkan rezeki dan kemakmuran.
Pembauran Tionghoa dan Bali juga bisa dilihat dari nama tempat seperti
Desa Songan yang berasal dari kata Siongan artinya selalu aman. Desa Langgan dari kata Lam An artinya selatan yang aman.
“Banyak warga Tionghoa di Bali memakai nama Bali seperti I Putu, I Made, ataupun I Nyoman. Beberapa daerah di Bali banyak dihuni warga Tionghoa seperti Desa Kembang Sari, dan Penginyam, di Buleleng dan Desa Langgan, dan Lampu di Kintamani.
Kesamaan lain bisa dilihat dari masing-masing rumah warga Tionghoa terdapat pemujaan Jero Gede, padmasana dan saat pemujaan di klenteng memakai sarana canang.
Pembauran masyarakat Tionghoa dengan warga Bali juga menyangkut alat pertanian maupun arsitektur bangunan seperti ukiran patra Cina.
Dalam bidang pengobatan tradisional sama-sama menggunakan sarana tumbuh-tumbuhan, dan pemijatan.
Dalam upacara ngaben, masyarakat Bali menggunakan bade, sementara warga Tionghoa membuat rumah cho kong tik saat ada keluarga meninggal.
Tujuannya untuk penghormatan pada leluhur, yang kemudian juga dibakar.
Kisah lain yang dituturkan Wirya, berdirinya Klenteng di Pelabuhan Benoa.
Ada seorang wanita cantik yang pandai berenang yang bernama Ma Co. Jika ada nelayan yang mendapat masalah di laut, ia dengan senang hati menolong Sampai akhirnya ia meninggal di usia 27 tahun.
“Walau sudah meninggal, nelayan yang melaut kerap melihat bayangan Ma Co di lautan. Jika mereka menemui bahaya selalu menyebut nama Ma Co agar terlindung dari mara bahaya,” jelas Wirya.
Untuk mengenang jasanya kata dia, dibangunlah sebuah klenteng di dekat Pelabuhan Benoa.
Wirya menilai warga Tionghoa selalu mengutamakan semangat menyama braya dengan orang Bali. Pembauran budaya Tionghoa dengan budaya Bali yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat, kata dia, dapat memperkokoh serta memperkuat kehidupan seni budaya Bali yang diwarisi secara turun temurun. -ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh Edisi 474, 3-9 Februari 2008
Langganan:
Postingan (Atom)