ASURANSI menjadi momok negatif di mata masyarakat. Saat pertama menawarkan, petugas asuransi berusaha merayu calon nasabah, ketika terjadi masalah dan ingin menarik uang kembali sangat sulit dan proses yang berbelit-belit dan merugikan konsumen. Banyak kasus tak sedap menimpa konsumen asuransi. Walau dicap miring toh ansuransi tetap menjadi pilihan berinvestasi karena memiliki keuntungan dan proteksi masa depan. Berikut penuturan dua ibu rumah tangga di Denpasar.
Luh Gede Susilawati misalnya. Perempuan usai 41 tahun ini sudah menjadi nasabah asuransi selama 15 tahun. Ia mengikutsertakan semua anggota keluarganya masuk asuransi. Porgram dana siswa, kematian dan hari tua menjadi pilihannya. Dari penuturannya dia mempunyai kisah unik sebelum menjadi nasabah asuransi.
Menurut isteri Wayan Deker Senapati ini ayah mertuanya sudah mengikuti program asuransi sejak dulu. Ia memilih program Hari Tua dengan jatuh tempo 20 tahun, dengan pembayaran tiap tahun.
Ketika kontrak selesai ayah mertuanya lupa. “Saat kontrak selesai, mertua saya lupa sebagai nasabah asuransi dan polisnya lupa ditaruh dimana. Tiba-tiba suatu ketika petugas asuransi datang dan membawakan uang pertanggungan ke rumahnya,” tuturnya.
Tentu saja, hal itu membuat Susilawati dan keluarganya terkejut. Dalam benak Susilawati tumbuh keinginan untuk ikut bergabung menjadi nasabah asuransi. Melihat pelayanannya yang bagus. “Kejadian itu membuat saya surprise,” akunya sambil tertawa.
Sejak itu, Susilawati tertarik mengikuti beberapa program asuransi yang ditawarkan. Bahkan ia juga mencoba ikut asuransi di perusahaan asuransi lainnya.
Untuk pembayaran, ia memilih langsung datang mneyetor ke kantor. Baginya, tindakan itu dilakukan karena ia pernah mendengar ada karyawan asuransi yang melarikan uang nasabah. “Biar aman dan tenang saya setor ke kantor saja,” ujar ibu 4 anak ini.
Susilawati memilih pembayaran tiap tahun karena menurutnya lebih murah.
Ia mengakui keuntungan menjadi nasabah asuransi ada uang untuk warisan masa depan. “Jika nanti meninggal ada warisan untuk anak-anak, jika diberi umur panjang bisa dinikmati,” tuturnya.
Baginya asuransi adalah produk investasi yang memiliki proteksi. Artinya, jika terjadi sesuatu padanya, kecelakaan, ataupun kematian produk investasi tetap bisa digunakan dan menguntungkan.
Namun, walau baginya asuransi memberi banyak keuntungan, ia sempat mengalami hal yang tidak menggenakan sekaligus merugikan.
Di salah satu perusahaan asuransi ia mengikuti program Dana Siswa dan Hari Tua. Sebelum menjadi nasabahnya, ia mencari tahu tentang perusahaan asuransi tersebut. “Perusahannya besar dan kantor cabangnya ada di semua provinsi di Indonesia. Saya juga tahu siapa pemiliknya dan izin resminya,” akunya.
Tapi apa dikata, walaupun ia sudah teliti memilih, perusahaan asuransi tadi bangkrut disaat kontrak sudah selesai. Ia hanya bisa gigit jari mendengar penjelasan pihak perusahaan, dan uang pertanggungan tidak ada kejelasan. “Padahal saya mestinya menerima 30 juta tahun 2008 ini. Saya ingin marah tapi salahkan siapa, kalau dipikirkan terus bisa stres nanti. Jadi tidak bisa diprediksi, walaupun perusahaan besar tidak menjamin kenyamanan nasabah,” kata Susilawati.
Ia mengaku juga malu dengan keluarga lainnya karena telah merekomendasikan asuransi tersebut.
Namun, walau kejadian buruk pernah dialaminya, ia mengaku tidak kapok ikut asuransi. Baginya asuransi tetap menguntungkan karena memiliki proteksi di masa depan.
Lain lagi penuturan Sukaratri, perempuan usia 44 tahun ini.
Perempuan yang akrab disapa Ibu Ayu ini menyayangkan petugas asuransi kerap memaksa calon konsumen. “Mereka merayu dengan segala cara sampai konsumen tertarik tapi setelah itu pelayanannya kurang baik,” ujar ibu dua anak ini.
Ia mengalami kejadian tidak menggenakan itu.
Saking gigihnya petugas asuransi datang ke rumah Ibu Ayu dan menceritakan keuntungan yang didapat, pemilik salon ini menjadi tertarik. Toh ia berpikir untuk masa depan kedua anaknya. Ia mencoba mengikuti program dana siswa tri wulan, dan membayar Rp 500.000 tiap tiga bulan. Pembayaran ditagih petugas asuransi ke rumahnya.
Setelah tiga kali membayar, usaha salonnya macet. Ibu Ayu tidak punya dana lebih untuk membayar cicilan asuransi. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti saja. Setelah setahun ia mencoba datang ke kantor asuransi menanyakan perihal uang yang sudah disetornya. Ia ingin menariknya kembali.
Namun jawaban yang diterimanya dari petugas asuransi sangat mengejutkan. Polisnya dinyatakan hangus karena tidak membayar sampai empat kali cicilan dalam setahun, sehingga tidak bisa ditarik.
Tentu saja Ibu Ayu berang, karena saat pertamakali masuk asuransi, petugas tidak pernah menjelaskan secara detil hal itu. Ia hanya tahu uang bisa ditarik kembali jika diperlukan.
“Saya merasa dibohongin. Saat pertama datang, petugas asuransi berusaha merayu-rayu dan memaksa dengan cerita yang manis, sampai akhirnya saya tertarik. Saya rugi 1 ½ juta. Uang sebanyak itu sangat berarti bagi saya,” tuturnya.
Sejak saat itu, ia tidak percaya lagi dengan asuransi. Hatinya sudah dongkol dengan kejadian yang pernah menimpanya itu. –ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 475, 10-16 Februari 2008
1 komentar:
obat kuat paling berkhasiat , dapat mengatasi impotensi dan meningkatkan gairah, multi orgasme
Posting Komentar