Minggu lalu (20/4) teman saya datang dari Inggris. Selama seminggu dia liburan di Bali. Dari hotel tempat dia menginap, dia ditawari makan malam di Bounty Cruise. Dia tertarik, dan datang bersama dengan dua temannya. Keesokan harinya dia menelepon saya dan menceritakan pengalamannya waktu itu. Mendengar cerita teman saya itu, saya jadi teringat kisah lucu yang pernah saya alami ketika itu, 23 Desember 2007, saya bersama teman-teman wartawan Koran Tokoh mendapat kesempatan menikmati makan malam di Bounty Cruise. Harga tiket untuk satu orang Rp 450.000. He..he..he.. luamyan mahal buat ukuran kami sebagai wartawan. Untungnya gratis nih.
Jujur saja, saya memang tidak biasa naik kapal laut. Kalau naik pesawat terbang, sih biasa. Tidak muntah. Ha.ha..ha….
Menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk ke Pelabuhan Ketapang Banyuwangi yang hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit saja, saya muntah. Saya sempat was-wasa saat pertamakali masuk dermaga Pelabuhan Benoa. Takut setelah masuk ke dalam kapal dan mulai berlayar, saya muntah. Namun, saya tepis keraguan itu.
Tepat pukul 18.00 wita, para tamu dipersilakan masuk. Dengan PD-nya saya bersama teman-teman lainnya masuk ke kapal. Sebagian besar tamu yang ikut rombongan tersebut adalah turis asing seperti India, Jepang, Eropa, Australia.
Menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk ke Pelabuhan Ketapang Banyuwangi yang hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit saja, saya muntah. Saya sempat was-wasa saat pertamakali masuk dermaga Pelabuhan Benoa. Takut setelah masuk ke dalam kapal dan mulai berlayar, saya muntah. Namun, saya tepis keraguan itu.
Tepat pukul 18.00 wita, para tamu dipersilakan masuk. Dengan PD-nya saya bersama teman-teman lainnya masuk ke kapal. Sebagian besar tamu yang ikut rombongan tersebut adalah turis asing seperti India, Jepang, Eropa, Australia.
Pertamakali masuk, para tamu disambut dengan penyumpangan bunga kamboja Bali di kuping para tamu. Kemudian kami diberikan kesempatan untuk berfoto bersama para penari Bali yang cantik-cantik.
Sampai di atas kapal, para tamu dijamu dengan welcome drink, minuman beraroma alkohol dengan aneka canapé. Lumayan enak deh. Kemudian kapal mulai berlayar melintai pelabuhan Benoa Bali, dan para tamu begitu asyik menikmati sun set dari pinggir kapal. Saya sempat berkenalan dengan beberapa tamu dan mencoba mengobrol untuk menghilangkan rasa mual. Namun, sepertinya perut saya mulai merasakan gejolak karena lajunya kapal. Kepala saya pusing sekali.
Satu jam kemudian para tamu dipersilakan masuk ke dalam kapal untuk menikmati makan malam. Saat kami dan para tamu berjejer untuk mengambil makanan, saya sudah tidak tahan, rasanya mual. Tiba-tiba saya merasa mau muntah. Ada sesuatu yang asin terasa dalam mulut saya. Aduh malu mak, mau ditaruh dimana muka ini kalau sampai muntah. Langsung saya coba duduk sebentar. Semua teman saya sudah antri dengan rapi menunggu giliran mengambil makanan.
Setelah saya merasa agak baikan, saya ikut mengantri. Tiba-tiba kembali perut saya mual dan kepala pusing. Saya sempat terhuyung ke belakang. Untung saja tidak jatuh. Saya ingat waktu itu, seorang tamu Jepang di belakang saya, langsung memegang pundak saya dan menyapa, “Are you OK?” Waduh saya malu banget, karuan saja langsung saya jawab “Oh, no problem. Just headache,” jawab saya sambil tersenyum.
Saya langsung beranjak ke arah tempat makanan, dengan PD-nya sekadar mengambil makanan. Teman-teman saya malah sangat menikmati makan malam itu dengan mencoba aneka makanan yang tersedia. Wadus, menunya lengkap banget. Ada balenese food, western , Indonesia. Walah..walah perut kok tidak bisa diajak berteman sih. Teman saya malah memesan bir. Untuk membuat perasaan saya lebih baik, saya memesan orange jus saja.
Sambil menikmati makan malam para tamu disuguhkan aneka hiburan mulai dari tarian Bali, musik, sampai seksi dancer. Yang membuat para tamu tertawa terpingkal-pingkal aksi dari seorang entertainer yang menyajikan hiburan sangat bervariasi dan kreatif dengan gaya yang lucu. Para tamu asing juga dilibatkan, mulai dari cara bermain piano, sampai lomba menggunakan pakaian perempuan.
Setelah makan beberapa suapan, saya merasa lebih baik. Mungkin karena saya terlalu takut muntah, saya sudah stres duluan. Untungnya, perut saya bisa diajak bersahabat setelah itu. Saya dapat menikmati makan malam dengan baik, walaupun tidak mampu menghabiskan semua makanan di piring saya. Saya merasa agak baikan. Saya pun bisa menikmati aneka suguhan hiburan yang disajikan bagi para tamu.
Hiburan paling terakhir musik menghentak dengan keras mengajak para tamu untuk turun menari. Wah kayaknya ini hiburan paling menarik buat saya, dan membuat rasa muntah saya hilang entah kemana. Ha..ha..ha… Tak terasa pukul 21.00 kapal kembali ke dermaga Pelabuhan Benoa. Para tamu pun turun dan kembali ke hotel masing-masing. Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Makan malam di Bounty Cruise, kenangan indah yang tak terlupakan.
Sampai di atas kapal, para tamu dijamu dengan welcome drink, minuman beraroma alkohol dengan aneka canapé. Lumayan enak deh. Kemudian kapal mulai berlayar melintai pelabuhan Benoa Bali, dan para tamu begitu asyik menikmati sun set dari pinggir kapal. Saya sempat berkenalan dengan beberapa tamu dan mencoba mengobrol untuk menghilangkan rasa mual. Namun, sepertinya perut saya mulai merasakan gejolak karena lajunya kapal. Kepala saya pusing sekali.
Satu jam kemudian para tamu dipersilakan masuk ke dalam kapal untuk menikmati makan malam. Saat kami dan para tamu berjejer untuk mengambil makanan, saya sudah tidak tahan, rasanya mual. Tiba-tiba saya merasa mau muntah. Ada sesuatu yang asin terasa dalam mulut saya. Aduh malu mak, mau ditaruh dimana muka ini kalau sampai muntah. Langsung saya coba duduk sebentar. Semua teman saya sudah antri dengan rapi menunggu giliran mengambil makanan.
Setelah saya merasa agak baikan, saya ikut mengantri. Tiba-tiba kembali perut saya mual dan kepala pusing. Saya sempat terhuyung ke belakang. Untung saja tidak jatuh. Saya ingat waktu itu, seorang tamu Jepang di belakang saya, langsung memegang pundak saya dan menyapa, “Are you OK?” Waduh saya malu banget, karuan saja langsung saya jawab “Oh, no problem. Just headache,” jawab saya sambil tersenyum.
Saya langsung beranjak ke arah tempat makanan, dengan PD-nya sekadar mengambil makanan. Teman-teman saya malah sangat menikmati makan malam itu dengan mencoba aneka makanan yang tersedia. Wadus, menunya lengkap banget. Ada balenese food, western , Indonesia. Walah..walah perut kok tidak bisa diajak berteman sih. Teman saya malah memesan bir. Untuk membuat perasaan saya lebih baik, saya memesan orange jus saja.
Sambil menikmati makan malam para tamu disuguhkan aneka hiburan mulai dari tarian Bali, musik, sampai seksi dancer. Yang membuat para tamu tertawa terpingkal-pingkal aksi dari seorang entertainer yang menyajikan hiburan sangat bervariasi dan kreatif dengan gaya yang lucu. Para tamu asing juga dilibatkan, mulai dari cara bermain piano, sampai lomba menggunakan pakaian perempuan.
Setelah makan beberapa suapan, saya merasa lebih baik. Mungkin karena saya terlalu takut muntah, saya sudah stres duluan. Untungnya, perut saya bisa diajak bersahabat setelah itu. Saya dapat menikmati makan malam dengan baik, walaupun tidak mampu menghabiskan semua makanan di piring saya. Saya merasa agak baikan. Saya pun bisa menikmati aneka suguhan hiburan yang disajikan bagi para tamu.
Hiburan paling terakhir musik menghentak dengan keras mengajak para tamu untuk turun menari. Wah kayaknya ini hiburan paling menarik buat saya, dan membuat rasa muntah saya hilang entah kemana. Ha..ha..ha… Tak terasa pukul 21.00 kapal kembali ke dermaga Pelabuhan Benoa. Para tamu pun turun dan kembali ke hotel masing-masing. Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Makan malam di Bounty Cruise, kenangan indah yang tak terlupakan.
(Foto dari kiri: Inten, Sri Ardini, Lilik dan Saya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar