Selasa, 16 Desember 2008

Rabies Tularkan Lewat Gigitan

PENYAKIT rabies atau anjing gila disebabkan virus yang ditandai dengan gangguan tingkah laku dan kerusakan otak. Pada hewan yang terserang rabies, virus ditemukan dalam jumlah banyak pada air liurnya. Virus ditularkan kepada hewan lain atau pada manusia lewat gigitan.

Menurut Kepala Laboratorium Biomedik dan Molekuler Hewan Unud Dr. drh. I Gusti Ngurah Mahardika, penyakit rabies gampang dicegah jika tidak ada anjing, kucing, kera berkeliaran, dan anjing sudah divaksin. Namun, meskipun dapat dicegah dan sudah divaksin, diperkiraan 55.000 manusia mati pertahun di dunia karena rabies.

Ia menyebutkan, sumber virus rabies di dunia berasal dari tiga hewan yakni anjing, anjing liar atau sebangsa serigala, dan kelelawar pemakan serangga. “Sumber virus dari anjing liar ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa, sumber rabies pada kelelawar ditemukan di Amerika Latin sedangkan sumber virus rabies di Indonesia ditemukan pada anjing,” kata lelaki yang akrab disapa Dokter Mahardika ini.

Virus rabies merupakan penyakit tua yang sudah ada sejak zaman Mesir Kuno, dan memang bersumber pada gigitan anjing. “Hewan pembawa virus rabies adalah anjing, kucing, kera. Kucing dan kera akan menularkan virus rabies jika hewan ini telah digigit anjing yang mengidap rabies,” ujarnya.

Gejala rabies pada fase awal terjadi perubahan tingkah laku pada hewan yang biasanya jinak menjadi galak. Hewan yang biasanya tinggal diam di rumah sering menghilang, dan suka tidur di semak-semak. “Gejala ini jarang diamati,” tandasnya. Kedua fase ganas. Hewan menjadi agresif, mudah terangsang oleh sinar cahaya, suara, dan beringas serta meraung-raung siang hari. Berjalan ke sana-kemari dan tidak mau pulang. Memakan apa saja seperti kayu, besi, dan batu ditelan begitu saja. Mengeluarkan banyak air liur, takut air, melompat-lompat seperti menangkap nyamuk. Semua yang menarik perhatiannya dikejar. Ketiga fase tenang. Pada fase ini setelah dua hari sampai seminggu hewan akan kejang-kejang kemudian mati.

Menurutnya, penyakit rabies menular melalui gigitan bukan melalui jilatan anjing. Namun, jika bagian tubuh ada bagian yang luka, sangat berbahaya jika dijilat anjing rabies. Untuk itu, kata Dokter Mahardika, ada 5 hal yang perlu dilakukan jika menemui gejala-gejala anjing bertingkah aneh yang disingkat Lirikan yakni Kenali, Hindari, Laporkan, Ikat, dan Vaksin.

Kenali artinya hindari anjing yang bertingkah laku aneh. Ia menyarankan, anak-anak jangan bermain dekat anjing, kucing dan kera di daerah wabah karena sebagian besar penderita rabies adalah anak-anak.

“Jangan menganggu anjing yang sedang tidur, sedang beranak, anjing sedang makan, atau menganggu anjing penjaga rumah. Kalau bertemu dengan anjing yang bertingkah laku aneh dan ingin menggigit, segera duduk seperti batu atau diam seperti pohon, karena anjing rabies menyukai benda yang bergerak,” paparnya.

Menurutnya, tanda-tanda yang dapat dilihat pada anjing di daerah yang sudah terkena wabah rabies seperti jika anjing mengigit satu orang satu hari kemungkinan rabies 25%. Satu hari mengigit dua orang kemungkinan rabies 50%, satu hari mengigit 3 orang kemungkinan rabies 75%, dan satu hari mengigit 4 orang 100% anjing itu rabies. “Tanda-tanda ini berlaku untuk anjing yang mengigit tanpa diganggu di dearah wabah rabies,” tegasnya.

Pengobatan yang dilakukan pada manusia setelah terkena gigitan anjing rabies adalah segera bersihkan luka dengan air sabun dan air mengalir sebanyak-banyaknya. Untungnya, virus rabies mati oleh air sabun. Bersihkan gigitan dengan alkohol atau yodium yang banyak. Segera bawa korban ke rumah sakit.

“Dokter akan memberikan vaksin anti rabies dan serum anti rabies. Biasanya pasien akan selamat jika diberi pertolongan secepatnya,” ujarnya. Menurutnya, masa inkubasi rabies 7 hari pada hewan dan 1- 3 bulan pada manusia. Virus rabies jika tidak segera ditangani akibatnya sangat fatal dapat merusak otak.

Ia menyarankan, pada daerah wabah, sebaiknya lakukan ikat dan kandangkan anjing, kucing, kera. Rawat dengan baik dan beri makan yang cukup. Jangan biarkan anjing, kucing, kera keluar dari kawasan tertular.

Ia sangat menyayangkan sikap orang Bali yang masih tradisional terbiasa membiarkan anjingnya berkeliaran di jalanan. “Mereka memelihara anjing tapi membiarkan hewan peliharaannya bebas berkeliaran,” ujarnya dengan nada masgul.

Strategi penanganan rabies, kata Dokter Mahardika, dengan pengurangan populasi, membatasi lalu lintas kucing, kera, anjing, vaksinasi, dan sosialisasi. Artinya, hubungn manusia dengan anjing harus diperbaiki. “Pemilik harus memelihara hewan peliharaannya dengan baik, selain memberi makan yang cukup, harus rajin memeriksakan anjingnya ke dokter hewan,” sarannya.

Bali dulu dinyatakan daerah bebas rabies tanpa perlu vaksin. Namun, sejak ditemukan wabah rabies di Unggasan Pecatu, vaksin dilakukan segera dan diulang dua bulan berikutnya. Kemudian diulangi kembali tiap tahun. Vaksin akan melindungi hewan dari penyakit rabies dan memutus rantai penularan virus. Kalau saja vaksin 100% dapat dilakukan Bali pemusnahan anjing tidak perlu dilakukan. Namun hal itu sulit dilakukan karena populasi anjing yang terus meningkat. Saat ini perbandingan anjing dengan manusia 1: 5. Saat ini diperkirakan 600.000 populasi anjing di Bali, termasuk sebagian anjing yang tidak memiliki tuan yang berkeliaran di pasar, tempat sampah dan tidur di semak-semak. Untuk daerah Pecatu Ungasan saja diperkiraan jumlah anjing sekitar 20.000 - 30.000 ekor dan sebagian anjing tak berpenghuni. Hal yang akan segera dilakukan untuk penanganan rabies ini adalah dengan sterilisasi agar populasi anjing tidak terus bertambah. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 519, 14 Deesmber 2008

10 komentar:

Anonim mengatakan...

makanya saya takut banget deket2 anjing. takut digigit.

Haris mengatakan...

Wah say takut sama anjing, umur 4 tahun hampir diterkam anjing, gara gara mengangggu anjing lagi beranak.

Andri Journal mengatakan...

Di tempatku bertugas banyak sekali anjing berkeliaran,terutama di perkampungan orang Bali.Emang orang Bali suka memelihara anjing ya wir?

Anonim mengatakan...

wah untung aja di lingkungan rumah ga ada anjing2 berkeliaran..

Anonim mengatakan...

@buat fata dan erik:
aku juga takut ama anjing.
dulu waktu aku kecil juga pernah digigit anjing, jadi trauma

Anonim mengatakan...

@buat Andri:
iya tuh di bali tiap rumah pasti punya anjing , cuman tdk pernah di pelihara dgn baik. kasus rabies sekarang ini benar2 aneh, karena di bali sudah dinyatakn bebas rabies.

@buat arielz:
bagus dong, jadi anak-anak tdk perlu takut dong

Anonim mengatakan...

ngomongin soal anjing, dulu pernah dapet saran kayak gini, kalo di kejar anjing, langsung jongkok

setelah di praktekin, malah di terkam .. hiks ...

ngadu, minta pertanggung jawaban yang sama yang kasih saran

eh malah yang kasih saran bilang gini

" aduhhh .. abis jongkok ambil batu .. trus timpuk anjingya "

:(

Anonim mengatakan...

@buat adinata:
wah kalau gitu anjingnya langsung terkam dan kejar dong.

hi.hi.hi.hih.ih.

Anonim mengatakan...

untung sy ga punya anjing...

Anonim mengatakan...

@buat info resep:
sama aku juga ga punya anjing