Rabu, 03 November 2010

Penyebab Cikungunya Mirip DB

Mira mendadak demam tinggi. Ototnya nyeri, kakinya tidak dapat digerakkan. Ia ketakutan karena dari informasi yang didengar apa yang dialami itu gejala orang menderita cikungunya. Bertambah gundah hatinya karena ia pun pernah mendengar, penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan.
“Penyebab penyakit chikungunya hampir mirip demam berdarah. Sama-sama disebarkan nyamuk aedes aegypti. Namun, jarang menimbulkan kematian. Anggapan penyakit ini menimbulkan kelumpuhan tidak benar,” ujar dr. I Ketut Agus Somia , Sp. P.D., KPTI.

Dokter Rumah Sakit Sanglah yang membidangi penyakit tropik dan infeksi ini mengatakan, penyakit ini disebabkan sejenis virus yang disebut virus chikungunya, yang disebarkan nyamuk aedes aegypti.
Virus menyerang semua usia, anak-anak maupun dewasa. Gejalanya hampir mirip infeksi virus demam berdarah. “Virus ini masuk ke dalam tubuh dan meresponsnya menjadi demam, dan seluruh tubuh terasa nyeri. Cikungunya berawal dari gejala yang sangat biasa, demam tinggi, kemudian seluruh tubuh terasa nyeri. Tidak sedikit penderita cikungunya sulit untuk sekadar menggerak-gerakkan tubuh,” jelasnya.
Virus mencari target sel, sel otot, sel saraf, atau jaringan ikat. Gejala paling dominan, misalnya jika menyerang otot yang mengatur gerak, pasien menjadi lumpuh. Namun, lumpuh yang diderita bukan disebabkan ototnya layu, tetapi pasien tidak bisa bergerak karena nyerinya teramat hebat sampai takut bergerak.

Muncul rasa mual, bahkan muntah dan bercak merah di kulitnya. Bercak merah yang timbul bukan karena terjadi pendarahan. Dalam cikungunya disebut ras. Bedanya dengan demam berdarah, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, maupun kematian. Dengan istirahat cukup, obat demam, minum yang cukup, biasanya sembuh. Namun, khusus bagi penderita penyakit tertentu sebelumnya, seperti gagal jantung atau ginjal, perlu diwaspadai. “Penyakit infeksi disebabkan karena masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Penyembuhan tergantung daya tahan tubuh orang yang bersangkutan. Walaupun ada gejala cikungunya, kalau ada tahan tubuhnya bagus, gejalanya tidak menjadi kronis. Virus ini juga sudah diprogram, ketika masa inkubasi sudah selesai, otomatis mati,” papar Dokter Agus.
Untuk mengetahui virus ini, perlu pemeriksaan darah PCR. Biasanya setelah dicek dokter dan diduga cikungunya, biasanya pasien disarankan melakukan tes darah.

Pengobatannya, tidak memberikan antivirus. Namun, hanya diberikan obat penghilang gejala, dengan memberikan obat antinyeri, dan penurun panas. Kalau ada penyakit lain yang menyertainya seperti gagal jantung atau ginjal, diberikan obat juga yang khusus untuk penyakitnya itu. “Tidak ada obat spesifik untuk membunuh virus ini. Virus biasanya berada di dalam darah sekitar 7 hari. Pengobatannya hanya memberikan cairan,” ujarnya.
Penyakit cikungunya, kata dia, hanya menyerang orang dengan sistem imun yang lemah. Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, dan minum secukupnya. Perbanyak mengonsumsi buah-buahan segar. Demam akan berangsur-angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri di persendian dan otot berkurang, dan penderitanya akan sembuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup dapat membuat rasa ngilu di persendian cepat hilang. Minum air putih bagus menghilangkan demam. Prinsipnya, diberikan cairan yang sehat, air putih, atau jus buah. ”Kadang warga masyarakat juga mengonsumsi air kelapa (klungah) untuk menurunkan demam. Boleh-boleh saja, tetapi hindari kopi,” katanya.
Ia menyarankan, penderita tidak harus dirawat di rumah sakit. Penderita cukup istirahat di rumah dan makan yang sehat serta minum yang cukup sesuai kebutuhan. Namun, jika kondisi pasien lemah dan tidak mampu menelan cairan, harus dirawat di rumah sakit untuk diberi cairan infus. Kebutuhan cairan normal 3-4 liter. Namun, kata Dokter Agus, tidak semua orang penderita membutuhkan cairan yang sama. ”Tergantung jumlah cairan yang hilang dari tubuhnya, dan kebutuhan minimal yang harus dipenuhi untuk beraktivitas sehari-hari,” jelasnya.
Ia menambahkan, orang yang gagal ginjal atau gagal jantung kebutuhan cairannya berbeda. Jangan minum terlalu banyak. Agar beban jantung dan ginjalnya tidak berat. Akibatnya fatal, bisa komplikasi dan mengakibatkan kematian. Kuncinya, kata Dokter Agus, jaga kebersihan lingkungan agar nyamuk aedes aegypti tidak berkembang biak. Lakukan 3M, menguras bak mandi, membuang benda yang sudah tidak diperlukan, dan menutup tempat air. Jaga kebersihan diri, dan lakukan pola hidup sehat. –ast

Tokoh, Edisi 616, 31 Okt s.d 4 nop 2010

Tidak ada komentar: