LANJUT USIA ditandai dengan menurunnya produktifitas kerja, memasuki masa pensium atau berhentinya pekerjaan utama. Usia yang dikatagorikan lanjut usia 60 tahun ke atas. Pada sebagian lansia karena kondisinya tidak memungkinkan, masa tua berarti tidak produktif atau tidak berpenghasilan lagi. Lansia ini tergantung pada anak cucu atau anggota keluarga lainnya.
Menurut Guru Besar Psikiatri FK Unud Prof. L. K. Suryani dengan meningkatnya usia beberapa fungsi vital dalam tubuh ikut mengalami kemunduran, seperti pendengaran menurun, penglihatan kabur, dan kekuatan fisiknya melemah.
“Penyakit yang dialami lansia seperti kencing manis, kelebihan berat badan, sulit tidur, jantung, hipertensi dan stroke. Bahkan osteoporosis terjadi karena dulunya biasa bergerak aktif, tiba-tiba diam di rumah tidak melakukan aftifitas,” ujar Suryani.
Selain itu, kata dia, lansia mengalami penurunan hormonal seperti perempuan mengalami menopause (berhentinya menstruasi), rambut rontok, badan sering merasa panas dan gerah, keluar keringat dan libido menurun. Pada laki-laki terjadi andropouse, menjadi loyo tak bersemangat, bahkan impoten.
Ia mengatakan gangguan umum lansia seperti emosi tidak stabil, cemburu, depresi sering menangis tanpa sebab, putus asa terkadang ingin bunuh diri. Konsentrasi terganggu, pikun, sulit bicara, mudah tersinggung, kelebihan tidur atau kekurangan tidur.
Selain itu, lansia merasa tidak berguna, putus asa, tidak ada yang memperhatikan, bolak-balik seperti kebingungan bahkan seperti orang gila.
“Masalah yang paling sering terjadi post power syndrome, merasa masih berkuasa, biasa ada supir yang membukakan pintu, banyak orang menghormati semasa menjabat. Dana menurun, anak-anak menikah, kematian salah satu pasangan, akhirnya depresi,” ujarnya.
Berkurangnya kontak sosial dengan angota keluarga dan teman kerja kata dia, akibat terputusnya hubungan kerja dan meluasnya keluarga inti karena anak-anak menikah menimbulkan perasaan kesepian dan murung. “Kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosialnya dapat menimbulkan guncangan dan depresi,” katanya.
Ia menilai masalah menantu dan cucu kadang banyak dihadapi para lansia.
“Dengan fisik yang sudah menurun sebaiknya lansia tidak lagi dibebankan mengurus cucunya. Orang tua sering ketakutan yang berlebihan, untuk itu sebaiknya jangan berikan tanggung jawab mengurus cucu sepenuhnya pada lansia. Carikan pembantu khusus yang merawat si kecil sementara orang tua hanya sekadar mengawasinya. Keadaan ini kadang membuat orang tua stres,” ujar Suryani.
Pendiri Yayasan Werdha Sejahtera Bali ini menganjurkan sebaiknya para lansia memiliki kegiatan kelompok anggota lansia agar kontak sosial tetap berlangsung. Tujuannya, agar lansia memiliki kesempatan untuk saling bertukar informasi, saling belajar dan saling bercanda. Kontak sosial ini mendatangkan perasaan bahagia dan senang.
Kelompok Werdha Sejahtera Bali salah satu kelompok lansia yang aktif melakukan kegiatan di Wantilan DPRD Prov. Bali. “Upaya meningkatkan kualitas lansia biasanya dilakukan dalam bentuk pertemuan periodik. Dalam pertemuan banyak dibicarakan hal yang terkait langsung dengan keberadaan lansia, seperti aspek kesehatan, psikologis dan sosialnya. Jadwal kegiatan rutin tertera di Bali Post,” ujar Ketua II Yayasan Werdha Sejahtera Bali ini.
Ia menganjurkan untuk menjaga kesehatan lansia rutin memeriksakan diri tiap 6 bulan sekali. Lima tahun sebelum pensiun kata Suryani, sebaiknya para lansia sudah mempersiapkan diri. “Ada program khusus yang dipersiapkan jika nanti sudah pensiun, agar tidak kebingungan harus melakukan apa,” ujarnya. Hal yang paling penting adalah kenali diri sendiri baik fisik maupun kejiwaan. Agak filosofis memang, tapi justru disini letak kuncinya.
“Dengan mengenal diri sendiri kita dapat mengetahui kelemahan fisik tubuh dan memutuskan apa yang baik dan boleh dilakukan serta apa yang tidak boleh,” saran Suryani.
Ia mengatakan upaya pengembangan kualitas lansia diarahkan pada kemandirian, kesejahteraan dan bermanfaat. Kemandirian ini dilihat dari kemampuannya melakukan aktivitas sehari-hari seperti dapat bangun tidur tanpa bantuan, ke WC sendiri, berpakaian sendiri,dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Intinya aktif fisik, mental, dan spiritual. Lansia sejahtera yakni mampu memenuhi kebutuhan lahir dan batin. Bermanfaat maksudnya lansia membawa manfaat bagi keluarga, masyarakat dan bangsa.
Untuk menjadi lansia yang mandiri, sejahtera dan bermanfaat perlu disiapkan sedini mungkin oleh masing-masing individu dengan dukungan keluarga, masyarakat dan Pemerintah.
Perlu juga disiapkan relawan peduli lansia mulai siswa SMP dan SMA dan ada sarana rekreasi bagi lansia. -ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 472, 20-26 Jnauari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar