Minggu, 09 November 2008

Perintis Hotel di Kuta

PERTAMAKALI pariwisata mulai ramai di Kuta, belum banyak warga yang mendirikan penginapan maupun hotel. Namun, peluang bisnis ini dilirik I Nengah Walon yang mempromosikan home stay dengan nama Pension Walon yang masih bergabung dengan rumah tinggalnya sekitar tahun 1972. Empat kamar dengan bentuk bangunannya semi permanen dengan setengah bata yang diatasnya masih menggunakan gedek dengan kamar mandi yang letaknya di luar

Ketika turis mulai ramai ke kuta, lelaki kelahiran Banjar Pande Mas Kuta 72 tahun silam ini membuat 6 kamar lagi kira-kira 100 meter dari tempat tinggalnya. Bentuknya seperti rumah kos-kosan.

Saat booming pariwisata tahun 1985 ia mulai mengembangkan pertokoan di daerah Legian. Ternyata hasilnya sangat lumayan, sehingga dia berkeinginan membangun sebuah hotel melati berlantai tiga. Walon merupakan perintis hotel di Kuta. Saat pembangunan hotel sekitar tahun 1990-1991, pecah perang teluk sehingga priwisata lesu dan jarang tamu yang datang ke Kuta. Namun, pembangunan hotel tetap berjalan. Awal mulanya dibangun 18 kamar. Namun, ia bersyukur saat perang teluk tidak sampai memberhentikan karyawan. Namun, disiasati dengan bergiliran bekerja. Suami Ni Wayan Karya ini bangga karyawannya yang sudah bekerja dari dulu sampai sekarang tetap loyal bekerja dengan baik.

Tahun 1996 di sebelah barat hotel dikembangkan menjadi 40 kamar ditambah beberapa cottages dengan nama La Walon Bungalow. Tahun 1999 sepulang anak sulungnya dokter Wayan Retayasa yang telah menamatkan studinya di Jepang, bersama adiknya dokter Ketut Muliawan membangun kompleks pertokoan Benesari Kuta dengan nama La Walon Centre yang diresmikan Bupati Badung Cok Ratmadi Agustus tahun 2002.

Namun, dua bulan setelah peresmian, 12 Oktober bom dasyat mengguncang Bali. Pertokoannya pun kena imbasnya. 30 toko kacanya hancur dari 52 pertokoan yang dibangun. Pariwisata lesu bahkan banyak yang gulung tikar dan memberhentikan karyawannya. Kemudian disusul kembali Bom Bali yang kedua tahun 2005. Hanya pertokoan yang di Jalan Legian saja yang bisa bertahan hidup. Ia pun tidak patah semangat.

September 2007 ia mulai melakukan renovasi pada hotelnya dengan membangun lagi lantai 3 dan 4. Sebelumnya ia melakukan survei hotel yang bagus di daerah Nusa Dua yang disukai turis dengan konsep minimalis moderen.

Ia akhirnya mendapatkan ide baru dengan memasang patung Garuda Wisnu sebagai simbul hotel dan penataan kebun labih bagus. Ia pun menciptakan fasilitas hotel berbintang dengan harga hotel melati.

Ternyata sambutan tamu lumayan bagus, bahkan pemasukan hotel melebihi booming pariwisata sebelum bom Bali I. Ini memberi kontribsi besar penduduk lokal dan pencari rezeki

Mulai tahun 2008 berubah nama menjadi La Walon Hotel yang resmi dipelaspas Rabu (29/10) lalu. La sama dengan the, seperti the sun, dalam bahasa Perancis yang artinya menunjukkan sesuatu benda. Nama inipun menjadi mudah dikenal para turis. Dengan lokasi di Jalan Poppies I Kuta, La Walon hotel diminati turis Eropa, Jepang, Rusia juga turis lokal.

Dengan moto “Your Home in Bali”, ia berharap agar para turis menganggap La Walon Hotel seperti rumahnya sendiri di Bali. La Walon Hotel menyediakan 62 kamar dengan fasilitas restoran, kolam renang, TV kabel, AC, hotspot, hot/cool water. Dua family room terletak di lantai 5, dimana para tamu dapat melihat pemandangan Kuta secara keseluruhan.

Dulunya I Nengah Walon hanyalah seorang tukang emas yang membuat cincin, kalung dan gelang. Sejak menikah tahun 1958 dengan Ni Wayan Karya, perempuan kelahiran

Br. Pemamoran Kuta 69 tahun silam itu ia pun tetap melakoni pekerjaan itu. Ia juga sempat diajarkan membuat gagang keris dari emas oleh kakaknya Nyoman Rampeg (Pan Kempu). Bahkan gagang keris emas itu sering di pesan mantan Presiden RI (alm) Suharto.

Setelah pariwisata mulai ramai, ia beranjak menjadi perajin perak. Bahkan anak sulungnya Dokter Retayasa yang masih SD sudah biasa memasarkannya sebagai pedagang acung ke pantai Kuta. Akhirnya dia beralih berbisnis home stay

ketika turis mulai banyak berdatangan ke Kuta.

Bagi Nengah Walon kiat bisnis yang utama adalah kepercayaan dan kejujuran. “Bagi saya karyawan adalah aset perusahaan. Memperlakukan karyawan dengan baik dan menerapkan sistem seandainya saya sebagai karyawan dan bagaimana kalau saya seorang bos, selalu saya terapkan. Saya merasa bangga mereka juga loyal terhadap perusahaan,” ujar lelaki yang sudah berkeliling ke Jepang, India, Nepal, Malaysia, Singapura, dan Thailand ini. Saat ini La Walon hotel memperkerjakan 45 orang karyawan.

Ia selalu mengajarkan para karyawan hotel untuk memberi pelayanan prima dengan melayaninya seperti raja. Selalu bersikap bersahabat dan membuat mereka nyaman di hotel, dan ingin berlama-lama di sana. Setelah mereka kembali ke negaranya, mereka rindu untuk kembali ke sana.

Ia menyayangkan banyak hotel di Kuta dimiliki oleh orang luar. “Mengapa orang Kuta tidak bisa menjadi tuan di rumahnya sendiri? Sebagian besar tanah dijual pada orang luar dan merekalah yang menikmati madunya Kuta,” ujar Walon dengan mimik serius.

Sesuai imbauan Gubernur Bali, Walon berharap warga Kuta tidak lagi menjual tanahnya pada orang luar, tapi dikontrakkan saja, sehingga hak milik tetap pada masyarakat Kuta.
Bagi Walon pendidikan anak-anak adalah yang terpenting,
agar mereka mengenyam pendidikan setinggi-tingginya dan tidak sepertinya yang hanya tamat SD. Keberhasilan bagi Walon bukan diukur dari uang saja, tapi dapat menyekolahkan anak-anak ke pendidikan tinggi dan menjadi orang merupakan kebahagiaan tersendiri baginya.

“Saya bahagia dapat menyatukan anak-anak dan rukun antara anak, menantu dan cucu. Tiap bulan diadakan arisan dan mereka semua berkumpul di rumah saya mereka dapat berinteraksi dengan semua anggota keluarga,” ujar kakek yang memiliki tiga orang cucu yang sedang menempuh pendidikan dokter di Surabaya ini.

Walon melibatkan anak-anaknya dalam mengambil keputusan hotel dengan tujuan agar mereka dapat belajar bisnis walaupun pengelolaan tetap padanya. “Anak-anak saya biarkan bisnis sendiri agar bisa mandiri atau bisnis bersama-sama dan tidak ada ikatan dengan bisnis saya,” tutur lelaki yang tetap gaul diusianya yang sudah lansia ini.
Mulai saat ini Walon ingin
pensiun dan menyerahkan pengelolaan hotel, restoran dan kompleks pertokoan pada anak-anaknya.

“Mungkin pemikiran anak-anak muda lebih maju bisa melihat peluang bisnis tidak seperti saya yang masih tradisional. Saya hanya meletakan dasarnya saja, terserah mereka dalam mengembangkan selanjutnya,” kata ayah dari dr. I Wayan Retayasa, Sp. A.(K), Nengah Reti, Nyoman Seni, dr. Ketut Muliawan, Sp. T.H.T.-KL, dan Wayan Sarmini ini. Walon mengaku sudah capek berbisnis dan ingin santai menikmati hari tua sambil mengemong 16 cucunya.

Manager hotel dipercayakan di pundak menantunya I Made Sudiarta dibantu dokter Ketut Muliawan. Dokter Retayasa sendiri mengelola kompleks pertokoan, apotik dan legian klinik. -ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 512, 2 November 2008

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Sangat disayangkan, tanah tanah di Kuta dijual ke orang luar.
Alangkah baiknya kalau d sewakan saja.
Mungkin saat di jual, tidak terpikir bahwa suatu saat Kuta akan begitu ramainya.
Atau saat dijual, dianggap sudah mendapatkan harga yang tinggi.

Anonim mengatakan...

@Erik:
iya benar banget. Kasian si Kuta menjadi "stranger in your own land"
he.... h.hhhe.e.he...he..he..

Our Food Recipes mengatakan...

Hi...just added you. Hope you can join Our Food Recipes. Thank you

Anonim mengatakan...

jadi beliau yah prntis hotel di bali?? wah, baru tw saya

Anonim mengatakan...

wah hebatt, seneng liat ada pribumi yang bisa berhasil dan terus bertahan..
Nice posting neng

Bali Hotel mengatakan...

Prepare for a great holiday escape for the next coming season? It is easy to arrange them now. You can find cheap Bali hotel and villas at discount rates online. Make booking for Bali hotels are within easy steps.